putubayong.blogspot.com

Senin, 18 November 2013

LAPORAN SIFAT MENGEMBANG DAN MENGERUT



LAPORAN SIFAT MENGEMBANG DAN MENGERUT


Disusun Oleh :
                                 NAMA               : PUTU EKA IRAWAN
NIM                   : G11113515
KELOMPOK    :  15
ASISTEN          : SAHNUR

LABORATORIUM FISIKA TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

I.  PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu sifat fisik tanah adalah mengembang dan mengerut. Sifat mengembang ditandai dengan terisinya semua ruang pori-pori tanah baik pori makro maupun pori mikro oleh molekul-molekul air dan gejala ini terjadi ketika tanah dalam keadaan basah. Sedangkan sifat mengerut tanah terjadi ketika tanah dalam keadaan kering setelah basah yang ditandai dengan semakin mengecilnya pori-pori tanah pada waktu mengerut.
            Sifat mengembang dan mengerut adalah masuk atau keluarnya air ke atau dari antara lempeng–lempeng liat kristal tipe 2 : 1 menyebabkan terlihatnya sifat mengembang dalam keadaan basah dan mengerut dalam keadaan kering.
            Pengembangan terjadi karena beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat, yang menyebabkan pengembangan dalam kristal. Akan tetapi, sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke dalam koloid–koloid dan ion–ion yang teradsorbsi pada liat dan karena udara yang terperangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah.
            Retakan–retakan tanah dapat memperbaiki aerasi tanah pada bagian lebih dalam. Namun, retakan–retakan yang terlalu lebar dapat menyebabkan putusnya akar–akar tanaman. Pengembangan dan pengerutan yang tidak sama dapat menyebabkan retaknya pondasi gedung-gedung, sedangkan jalan yang diperkeras menjadi bergelombang. Bukan hanya demikian tetapi pengembangan dan pengerutan juga terjadi dilokasi pengambilan profil tanah. Dapat dilihat dan dirasakan sendiri waktu berjalan dan menginjak tanah yang tergenang air, sangat jelas bahwa tanah tersebut mengalami pengembangan karena saat diinjak tanah ini mengalami perubahan perubahan morfologi dari yang biasa saja menjadi bentuk menyerupai sesuatu yang menekannya.
            Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilaksanakan praktikum tentang sifat mengembang dan mengerut pada tanah guna mengetahui tingkat pengembangan dan pengerutan tanah agar dapat diolah dengan baik.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengembangan dan pengerutan tanah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
            Kegunaannya adalah sebagai bahan informasi untuk mengetahui cara pengolahan pada tanah-tanah yang memiliki sifat pengembangan dan pengerutan.












II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sifat Mengembang dan Mengerut
Mengembang dan mengerut merupakan sifat fisika tanah yang mempunyai sifat koresifitas yang mengakibatkan tanah mengalami kerusakan struktur. Mengembang dan mengerut merupakan ukuran pertambahan volume tanah. Tanah dapat berkembang kurang lebih 3% dalam keadaan tanah kering. Tanah memiliki potensi mengembang dan mengerut low serta potensi mengembang mengerut moderate, memiliki perkembangan volume 3% - 6% dan dalam keadaan hing pada perkembangan volume lebih dari 6% (Hausenbuiller, 1982).
            Pengembangan tanah adalah penjenuhan air sehingga menutupi celah–celah retakan tanah yang diakibatkan oleh pengerutan. Tanah yang banyak mengandung mineral liat memperlihatkan sifat mengembang dan mengerut. Kation–kation dan molekul–molekul air sudah masuk antara unit kristal mineral sehingga mineral akan mengembang saat basa dan mengerut saat kering, karena banyaknya air yang hilang pada tanah tersebut (Hardjowigeno, 2010).
            Pengembangan juga terjadi karena beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat, yang menyebabkan pengembangan dalam kristal. Akan tetapi, sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke dalam koloid-koloid dan ion-ion yang terabsorsi pada liat dan karena udara yang terperangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah (Anonim1, 2006).
            Pengerutan biasanya terjadi pada musim kemarau atau musim kering. Pengerutan adalah keadaan dimana tanah mengalami retakan-retakan yang disebabkan oleh karena ruang atau pori tanah tersebut tidak terisi oleh air yang cukup. Pengerutan pada tanah akan mengakibatkan terjadinya pematahan pada akar tanaman (Hardjowigeno, 2003).
            Mineral primer adalah mineral asli yang terdapat dalam batuan yang melapuk yang terdiri dari fraksi-fraksi pasir dan debu. Mineral sekunder adalah mineral primer yangmenghasilkan mineral baru yang esensial untuk perkembangan dan penyuburan yang umunya terdapat dalam fraksi liat yang sering ditemukan dalam tanah antara lain kaolinit, haloisit, montmorillonit, gibsit (Al Oksida), Fe Oksida dan lain-lain. Mineral liat sekunder besar pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik tanah seperti kapasitas tukar kation, daya mengembang dan mengerut tanah dan lain-lain (Hardjowigeno, 2010).
            Beberapa jenis tanah mempunyai sifat mengembang dan mengerut sehingga mengalami pecahan-pecahan pada musim kering. Sifat mengembang dan mengerut tanah disebabkan oleh kandungan mineral dari monmorilonit yang tinggi dan rendah. Besarnya pengembangan dan pengerutan pada tanah dinyatakan dalam nilai COLE (Co efficient of Linear Extensibility) atau PVC (Potential Volume Change = Swell Index = index pengembangan). Istilah COLE banyak digunakan dalam bidang ilmu tanah (pedology) sedang PVC digunakan dalam  bidang engineering (Hardjowigeno, 2010).




2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
1.    Kandungan liat
Kandungan liat sangat berpengaruh karena permukaan liat yang besar dan dapat menyerap banyak air sehingga tanah yang memiliki kadar liat yang tinggi sangat mudah terjadi pengembangan begitu pula sebaliknya. (Hardjowigeno,1998 ). 
            Sifat mengembang dan mengerut tanah disebabkan oleh kandungan liat mentrollnit yang tinggi. Apabila tanahnya memiliki kandungan liat yang tinggi maka pertikel liatnya akan mudah mengalami perluasan akibatnya tanah ini mengembang pada keaadanlembab dan mengerut pada keadaan kering. Tanah mengembang pada saat basah dan tanah mengerutpada saat kering. Akibatnya pada saat musim kering tanah menjadi pecah-pecahkalau basah tanah mengembang dan menjadi lengket (Hardjowigeno,1998 ). 
2.    Kadar air
Apabila kadar air dalam tanah tinggi maka pori atau ruang dalam tanah akan banyak terisi oleh air, sehingga terjadi pengembangan pada tanah dan sebaliknya.Sifat mengembang dan mengerut disebabkan oleh kandungan air relatif, terutama yang berada di satuan-satuan struktural misel. Jika kisi habrul lempung mengembang akan terjadi pengerutan pada waktu terjadi pembasahan oleh air. Setelah mengalami kekeringan sesuatu tanah yang cukup lama akan mengalami retak yang cukup dalam, sehingga hujan pertama mudah masuk ke dalam tanah (Buckman dan Brady 1982).


3.    Penetrasi air ke dalam lapisan liat
Pengembangan juga terjadi karena beberapa sebab, sebagian pengembangan terjadi karena penetrasi air ke dalam lapisan kristal liat, sehingga akan menyebabkan pengembangan dalam kristal. Akan tetapi, sebagian besar terjadi karena tertariknya air ke dalam koloid-koloid dan ion-ion yang terabsorsi pada liat dan karena udara yang terperangkap di dalam pori mikro ketika memasuki pori tanah (Anonim1, 2006).
















III.  METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengamatan dilakukan pada Rabu, 14 November 2013 pukul 15.00 WITA sampai selesai.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
1.    Cawan petri
2.    Gelas ukur
3.    Oven
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu:
1.    Sampel tanah kering
2.    Air
3.3. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu:
3.3.1.      Pengerutan tanah
1.        Memasukkan tanah pada cawan Petridis hingga hampir penuh.
2.        Menambahkan air sehingga menimbulkan sedikit genangan, kemudian di ovenkan selama 1 x 24 jam ( 1 hari).
3.        Mengeluarkan cawan petridis dan tanah dari oven kemudian dinginkan.
4.        Peningkatan pengerutan dapat dinyatakan dengan memperkirakan luas retakan- retakan dengan luas  permukaan tanah semula dalam keadaan basah. Retakan–retakan dibagi dalam segmen–segmen yang diukur panjang dan lebarnya.
5.        Hitunglah pesentase pengerutan tanah dengan rumus :
Luas permukaan tanah     =  = .... cm2
Persentase pengerutan tanah        =
3.3.2.      Pengembangan Tanah
Adapun prosedur kerja dari pengembangan tanah yaitu :
1.        Memasukkan tanah kering (< 2 mm) ke dalam gelas ukur 50 ml hingga volume tanah 15 ml . Gelas ukur ini dihentak-hentakkan beberapa kali untuk memadatkan tanah.
2.        Mengeluarkan tanah dari gelas ukur tersebut ke wadah lain.
3.        Memasukkan air sebanyak 25 ml ke dalam gelas ukur, kemudian masukkan lagi tanah sedikit demi sedikit hingga semua masuk ke dalam air. Air di dalam gelas ditambah bila ada bagian tanah yang belum basah.
4.        Membiarkan tanah membasah selama sekitar 30 menit, kemudian gelas ukur dihentak-hentakkan supaya tanah lebih padat.
5.        Membaca volume tanah yang telah basa tersebut. Menghitung besarnya persentase pertambahan volume tanah yang telah basah dibandingkan dengan yang kering.
6.        Hitunglah persentase pengembangan tanah dengan rumus :
% pengembangan             =



IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1.  Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 9.  Hasil Pengamatan Luas Retakan Tanah
Segmen No.
Sampel Tanah No.1, dst
Panjang (cm)
Lebar (cm)
Luas (cm2)
1
10,2
0,3
3,06
2
3,2
0,1
0,32
3
1,6
0,1
0,16
Total luas retakan : 3,54 cm2
Sumber : Data primer setelah diolah 2013.
Persentase pengerutan tanah = 7,8%
Tabel 10.  Hasil Pengamatan Pengembangan Tanah
No
Sampel Tanah
Volume Tanah Kering (ml)
Volume Tanah Basah (ml)
Persentase Pengembangan
1
Lapisan I
15
16
6,7%
Sumber : Data primer setelah diolah 2013.






Hasil perhitunga
-       Pengembangan
Volume tanah kering  = 15 ml
Volume tanah basah   = 16 ml
% pengembangan       =
                                    =
                                    =
-       Pengerutan
Diameter (d)    = 7,9 cm         
Jari-jari (r)        = 3,8 cm
Total luas retakan   = seg.1 + seg.2 + seg.3
                               = 3,06 + 0,32 + 0,16
                               = 3,54 cm2
Luas permukaan tanah       =
                                           = 3,14 x (3,8)2
                                           = 45,34
Persentase pengerutan tanah   =
                                                =
                                                =


1.2  Pembahasan
Berdasarkan tabel di atas persentase pengembangan tanah pada lapisan I adalah 6,7% dan pengerutan sebesar 7,8%. Pada titik ini presentasi pengerutan lebih tinggi bila dibandingkan dengan preasentasi pengembangan. Hal ini terjadi karena pada tanah memiliki kandungan kadar air yang lebih rendah sebab kandungan liatnya pula yang rendah sehingga kemampuan tanah dalam menahan air sangat rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckman dan Brady (1992), bahwa tanah yang memiliki kandungan liat yang rendah akan mengalami pengerutan yang tinggi sehingga sulit untuk menahan air mengakibatkan pori tanah mengecil.
            Sampel tersebut memiliki persentase pengerutan sebesar 7,8%. Hal ini disebabkan oleh kandungan liat yang dimiliki sehingga saat tanah dalam keadaan kering, tanah mudah retak. Hal ini sesuai dengan pendapat Asmin (2011), bahwa tanah yang tinggi kandungan liatnya mempunyai daya mengembang dan mengerut yang tinggi, sehingga mudah lembek ketika basah dan mudah keras ketika kering. Kondisi tanah seperti ini dapat mengganggu perkembangan akar tanaman.
            Menurut Munir (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mengembang dan mengerut tanah yaitu kadar air dalam tanah, pori tanah, serta kandungan mineral liat. Ketiga faktor ini sangat berpengaruh disebabkan karena apabila kadar air dalam tanah tinggi maka pori atau ruang dalam tanah akan banyak terisi oleh air, sehingga terjadi pengembangan pada tanah dan sebaliknya. Kandungan liat juga sangat berpengaruh disebabkan karena permukaan liat yang besar dan dapat menyerap banyak air sehingga tanah yang memiliki kadar liat yang tinggi sangat mudah terjadi pengembangan begitu pula sebaliknya.





















V.  PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.        Tanah pada lapisan I tersebut memiliki persentase pengembangan sebesar 6,7% dan pengerutan sebesa 7,8%.
2.        Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan dan pengerutan tanah adalah kandungan liat, kadar air, penetrasi air ke dalam lapisan liat,
5.2.  Saran
Setelah mempelajari pentingnya mengetahui sifat pengembangan dan pengerutan tanah, maka dalam memilih tanah yang cocok untuk dijadikan lahan pertanian perlu memperhatikan persentase pengembangan dan pengerutannya karena hal tersebut akan mempengaruhi kualitas suatu lahan sebagai media tumbuh tanaman.










DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2006. Tanah-Tanah Utama Indonesia. http://tanah.wordpress.com           diakses pada 2 November 2013 pukul 22.40 WITA.
Buckman dan Brady., 1982. Ilmu Tanah. PT Bharata karya aksara: Jakarta
Hanafiah, KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press: Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo: Jakarta.
Hausenbuiller,R.L,1982.Soil Science.WM.C.Brown Company.Iown.

0 komentar:

Posting Komentar

apakah pendapat anda tentang blog ini?

RAMALAN CUACA

pendaftaran FMA

Powered byEMF HTML Contact Form

Total Tayangan Halaman

Popular Posts

Recent Posts

Social Media Sharing by CB Bloggerz

facebook

twitter