LAPORAN REAKSI TANAH
LAPORAN REAKSI TANAH ( Ph TANAH)
Disusun Oleh :
NAMA : PUTU EKA IRAWAN
NIM :
G111 13 513
KELOMPOK : 15
ASISTEN : SAHNUR
LABORATORIUM
FISIKA TANAH
JURUSAN
ILMU TANAH
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Reaksi tanah merupakan
suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan reaksi asam atau basa dalam tanah. Sejumlah proses
dalam tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah dan biokimia tanah yang berlangsung
spesifik.
Keasaman tanah dapat ditentukan oleh
dinamika H+ di dalam tanah, ion H+ yang
terdapat dalam tanah (suspensi tanah) yang berada dalam keseimbangan ion H+ yang
terjerap. Kemasaman dikenal ada dua yaitu kemasaman aktif dan kemasaman
potensial. Kemasaman aktif disebabkan oleh H+ dalam larutan,
sedangkan kemasaman potensial disebabkan oleh ion H+ dan Al
yang terjerap pada permukaan kompleks jerapan.
Pentingnya pH adalah untuk
menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Ditinjau dari
berbagai segi, pada pH dibawah 7 merupakan tanah yang sedangkan pada tanah
alkalis pH-nya berkisar antara 8-14. tanah yang mempunyai pH antara 6-7
merupakan pH yang terbaik (netral), tanaman yang berada pada sekitar pH netral
dapat tumbuh baik, disebakan karena pH tersebut kebanyakan unsur hara larut
dalam air. Oleh karena itu, penentuan pH tanah adalah salah satu pengujian yang
paling penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosis masalah pertumbuhan
tanaman.
Berdasarkan uraian di atas, maka
perlu melakukan percobaan reaksi tanah (pH) untuk mengetahui jenis reaksi dan
nilai pH tanah Alfisol pada berbagai lapisan tanah.
1.2.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan diadakannya praktikum ini yaitu
untuk menentukan pH tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi tanah.
Adapun
kegunaan dari pengamatan reaksi tanah ini yaitu sebagai
bahan informasi untuk mahasiswa tentang reaksi tanah juga sebagai bahan
pembelajaran diperkuliahan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian pH Tanah
Reaksi
tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan
nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+
di dalam tanah). Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin
masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dari ion-ion lain
ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan
banyaknya H+. Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H+
lebih tinggi dari pada OH- , sedangkan pada tanah yang alkalis
kandungan OH- lebih banyak dari pada H+. Bila jumlah kandungan H+ sama dengan OH-
maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH= 7 (Hardjowigeno, 2010).
Nilai pH berkisar
dari 0 - 14 dengan pH 7 disebut netral sedang pH kurang dari 7 disebut alkalis.
Besar kisaran nilai pH tersebut didasarkan atas besarnya konstanta disosiasi
air murni (Hardjowigeno, 2010).
Walaupun demikian
pH tanah umumnya berkisar dari 3,0 - 9,0. Di Indonesia umumnya tanahnya
bereaksi masam dengan pH 4,0 - 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 - 6,5 sering
dikatakan telah cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam
(Hardjowigeno, 2010).
Di daerah
rawa-rawa sering ditemukan tanah yang sangat masam dengan pH kurang dari 3,0
yang disebut tanah sulfat masam (cat clay)
karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat kering (arid) kadang-kadang pH tanahnya sangat
tinggi (pH lebih dari 9,0) karena padakeadaan tersebut banyak mengandung garam
Na (Hardjowigeno, 2010).
Tanah dapat
diubah pH-nya jika terlalu masam ataupun sangat alkalis. Untuk yang masam dapat
dinaikkan pH-nya dengan penambahan kapur ke dalam tanah, sedangkan untuk tanah
yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang
(Hardjowigeno, 2010).
Menurut Harjdowigeno (2010), alasan
pentingnya mengetahui pH tanah yaitu
1.
Menentukan mudah
tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada umumya unsur hara mudah diserap
akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan
unsur hara mudah larut dalam air. Pada tanah masam unsur P tidak dapat diserap
tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al, sedang pada tanah alkalis unsur P
juga tidak dapat diserap tanaman karena difiksasi oleh Ca.
2.
Menunjukkan kemungkinan
adanya unsur-unsur beracun. Pada tanah-tanah masam banyak ditemukan ion-ion Al
di dalam tanah, kecuali memfiksasi unsur P merupakan racun bagi tanaman.
Pada tanah-tanah rawa pH yang terlalu
rendah (sangat masam) menunjukkan kandungan sulfat tinggi, yang juga merupakan
racun bagi tanaman.
Disamping itu pada rekasi tanah yang masam,
unsur-unsur mikro juga menjadi mudah larut, sehingga ditemukakan unsur mikro
yang terlalu banyak. Unsur mikro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman
dalam jumlah yang sangat kecil, sehingga menjadi racun bila terdapat dalam
jumlah yang terlalu besar. Termasuk unsur mikro dalam jenis ini adalah Fe, Mn,
Zn, Cu, Co. Unsur mikro yang lain yaitu Mo dapat menjadi racun kalau terlalu
alkalis. Disamping itu, tanah yang terlalu alkalis juga sering mengandung garam
yang terlalu tinggi sehingga menjadi racun bagi tanaman (Hardjowigeno, 2010).
3.
Mempengaruhi
perkembangan mikroorganisme. Bakteri berkembang baik pada pH 5,5 atau lebih
sedang pada pH kurang dari 5,5 perkembangannya sangat terhambat. Jamur dapat
berkembang baik pada segala tingkat kemasaman tanah. Pada pH lebih dar 5,5
jamur harus bersaing dengan bakteri. Bakteri pengikat nitrogen dari udara dan
bakteri nitrifikasi hanya dapat berkembang dengan baik pada pH lebih dari 5,5
(Hardjowigeno, 2010).
1.2.
Permasalahan Tanah dan Hubungannya dengan pH
Kondisi pH tanah mempengaruhi serapan
unsur hara dan pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap ketersediaan
unsur hara dan adanya unsur-unsur yang beracun. Beberapa unsur hara fungsional
seperti besi, mangan, dan seng berkurang apabila pH dinaikan dari 5.0 menjadi
7.5 atau 8.0. Molibdenium berkurang ketersediannya bila pH diturunkan. Pada pH
kurang dari 5.0 besi dan mangan menjadi larut dalam jumlah cukup banyak yang
dapat menyebabkan tanaman keracunan. Pada pH yang sangat tinggi, ion bikarbonat
akan dijumpai dalam jumlah banyak sehingga dapat menggangu serapan normal unsur
lain dan sangat merugikan pertumbuhan tanaman (Soepardi 1983). Kondisi pH tanah
mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya
terhadap ketersediaan unsur hara dan adanya unsur-unsur yang beracun. Beberapa
unsur hara fungsional seperti besi, mangan, dan seng berkurang apabila pH
dinaikan dari 5.0 menjadi 7.5 atau 8.0. Molibdenium berkurang ketersediannya
bila pH diturunkan. Pada pH kurang dari 5.0 besi dan mangan menjadi larut dalam
jumlah cukup banyak yang dapat menyebabkan tanaman keracunan. Pada pH yang
sangat tinggi, ion bikarbonat akan dijumpai dalam jumlah banyak sehingga dapat
menggangu serapan normal unsur lain dan sangat merugikan pertumbuhan tanaman
(Soepardi 1983).
pH tanah atau tepatnya
pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara
seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman
membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan
terhadap penyakit. Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen
(dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan
tersedia bagi tanaman pada Ph antara 6,0 hingga 7,0 (Anonim 2011).
Beberapa bakteri
membantu tanaman mendapatkan N dengan mengubah N di atmosfer menjadi bentuk N
yang dapat digunakan oleh tanaman. Bakteri ini hidup di dalam nodule akar
tanaman legume (seperti alfalfa dan kedelai) dan berfungsi secara baik bilamana
tanaman dimana bakteri tersebut hidup tumbuh pada tanah dengan kisaran pH yang
sesuai. Sebagai contoh, alfalfa tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH 6,2
hingga 7,8; sementara itu kedelai tumbuh dengan baik pada tanah dengan kisaran
pH 6,0 hingga 7,0. Kacang tanah tumbh dengan baik pada tanah dengan pH 5,3
hingga 6,6. Banyak tanaman termasuk sayuran, bunga dan semak-semak serta
buah-buahan tergantung dengan pH dan ketersediaan tanah yang mengandung nutrisi
yang cukup. Jika larutan tanah terlalu masam, tanaman tidak dapat memanfaatkan
N, P, K dan zat hara lain yang mereka butuhkan. Pada tanah masam, tanaman
mempunyai kemungkinan yang besar untuk teracuni logam berat yang pada akhirnya
dapat mati karena keracunan tersebut (Anonim 2011).
2.3 Faktor penyebab kemasaman tanah
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi
kemasaman tanah yaitu sebagai berikut Hakim, dkk, (2005) :
1.
Kejenuhan Basa
Kejenuhan basa adalah perbandingan
antara kation basa dengan jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada koloid
tanah. Kejenuhan basa juga mencerminkan
perbandingan kation basa dengan kation hidrogen dan almunium. Berarti semakin
kecil kejenuhan basa, semakin masam pula reaksi tanah tersebut atau pH-nya
semakin rendah. Kejenuhan basa 100% mencerminkan pH tanah yang netral, kurang
dari itu mengarah ke pH tanah masam, sedangkan lebih dari itu mengarah ke basa.
2.
Sifat Misel (Koloid)
Sifat Misel yang berbeda-beda dalam
mendisosiasikan ion H+ terjerap menyebabkan pH tanah berbeda pada koloid yang
berbeda, walaupun kejenuhan basanya sama. Koloid organik mudah mendisosiasikan
ion H+ ke dalam larutan.
Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi tingkat kemasaman tanah
yaitu pencucian basa, mineralisasi atau dekomposisi bahan organik, respirasi
akar yang menghasilkan CO2 dan pemberian pupuk yang bereaksi masam dalam tanah
(Pairunan, dkk, 2005).
III.
METODOLOGI
1.1.
Waktu
dan Tempat
Praktikum Reaksi Tanah dilaksanakan pada
hari Kamis, tanggal 23 April 2009, pada pukul 13.30-16.00 WITA di Laboratorium
Kimia Tanah.
1.2.
Alat
dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada
praktikum Reaksi Tanah adalah timbangan,
pH meter, dan tempat roll film. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada
praktikum Reaksi Tanah adalah sampel tanah terganggu lapisan I, II, dan III, aquades, tissu rol, kertas label.
1.3.
Prosedur
Kerja
Langkah-langkah yang dilakukan dalam percobaan
Reaksi Tanah adalah dengan metode elektrometris, sebagai berikut:
1. Memasukkan
10 gram tanah halus ke dalam tabung reaksi atau tempat roll film dan
menambahkan air suling 10 ml (rasio 1 : 2)
2. Mengocok
selama 30 jam dengan digoyang-goyangkan, kemudian mendiamkan selama 1 menit.
3. Mengukur
pH dengan pH meter.
IV.HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.4.
Hasil
Pengamatan
Adapun hasil yang diperoleh berdasarkan
praktikum Bulk Density adalah sebagai berikut.
Tabel 6. Hasil Praktikum Reaksi Tanah
Lapisan Tanah
|
pH tanah
|
Lapisan I
|
3,20
|
Lapisan II
|
3,14
|
Lapisan III
|
3,25
|
Sumber
: Data Primer 2011
4.2.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan di
atas, maka lapisan I pH-nya sebesar 3,20. Hal ini berarti tanah tersebut bersifat
sangat masam karena pH tanah berada pada < 4,5 sehingga tanah bersifat
sangat masam. Sesuai pendapat Pairunan, dkk. (1985) bahwa Kelas kemasaman tanah
ada 6 macam, yaitu < 4,5 sangat masam, 4,5 - 5,5 masam, 5,6 - 6,5 agak
masam, 6,6 - 7,5 netral, 7,6 - 8,5 agak alkalis, dan < 8,5 alkalis.
Lapisan II pH-nya
sebesar 3,14. Hal ini berarti tanah tersebut bersifat sangat masam
karena pH tanah berada pada < 4,5 sehingga tanah bersifat sangat masam. Sesuai
pendapat Pairunan, dkk. (1985) bahwa Kelas kemasaman tanah ada 6 macam, yaitu
< 4,5 sangat masam, 4,5 - 5,5 masam, 5,6 - 6,5 agak masam, 6,6 - 7,5 netral,
7,6 - 8,5 agak alkalis, dan < 8,5 alkalis. Hal ini disebabkan semakin kecil
kejenuhan basa, semakin masam pula reaksi tanah tersebut atau pH-nya semakin
rendah. Kejenuhan basa 100% mencerminkan pH tanah yang netral, kurang dari itu
mengarah ke pH tanah masam, sedangkan lebih dari itu mengarah ke basa (Hakim
dkk,1986)
Lapisan III pH-nya
sebesar 3,25. Hal ini berarti tanah tersebut bersifat sangat masam
karena pH tanah berada pada < 4,5 sehingga tanah bersifat sangat masam.
Sesuai pendapat Pairunan, dkk. (1985) bahwa Kelas kemasaman tanah ada 6 macam,
yaitu < 4,5 sangat masam, 4,5 - 5,5 masam, 5,6 - 6,5 agak masam, 6,6 - 7,5
netral, 7,6 - 8,5 agak alkalis, dan < 8,5 alkalis.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi
tingkat kemasaman tanah yaitu pencucian basa, mineralisasi atau
dekomposisi bahan organik, respirasi akar yang menghasilkan CO2 dan
pemberian pupuk yang bereaksi masam dalam tanah (Pairunan, dkk, 1985).
V.KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang
diperoleh pada praktikum penetapan nilai reaksi tanah (pH), maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
1. Lapisan
I memiliki pH sebesar 3,20 dan bersifat sangat masam.
2. Lapisan
II memiliki pH sebesar 3,14 dan bersifat sangat masam.
3. Lapisan
III memiliki pH sebesar 3,25 dan bersifat sangat masam.
4. Faktor-faktor
yang mempengaruhi reaksi tanah yaitu kejenuhan basa, macam kation terjerap,
curah hujan, pemupukan, perbandingan air dengan tanah, kandungan garam-garam
dalam larutan tanah, dan keseimbangan CO2 udara dan CO2 tanah
5.2 Saran
Apabila tanah sangat masam/ agak masam /
masam, maka sebaiknya ditambahkan dengan kapur agar tanah menjadi netral dan
apabila tanah agak alkalis / alkalis, maka sebaiknya ditambahkan dengan
belerang / sulfur, agar tanah menjadi netral, karena tanaman dapat tumbuh
dengan baik apabila pH suatu tanah netral.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2011. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Anonim
2011. http://coridamayanti.blogspot.com//ddit-laporan-3-ph-tanah.html. Diakses pada tanggal 7 November 2011,
Makassar
Baver,
L.D. 1961. Soil Physics. John Wiley & Sons Inc. New york.
Darmawijaya,
M. Isa. 1990. Klasifikasi Tana. Universitas Gadjah Mada. Press. Yogyakarta.
Foth,
Hendry D., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Hakim,
N., M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. H. Bailey, 1986.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung,
Lampung.
Hardjowigeno,
H. Sarwono., 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.
Henry.
1988. Fundamentalis of Soil Science. John Wiley & Sons. Inc. New york.
Kartasapoetra.
1987. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Bandung.
Pairunan,
Anna K., J. L. Nanere, Arifin, Solo S. R. Samosir, Romualdus Tangkaisari, J. R. Lalopua, Bachrul Ibrahim, Hariadji
Asmadi, 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur
0 komentar:
Posting Komentar