putubayong.blogspot.com

Senin, 18 November 2013

LAPORAN REAKSI TANAH



LAPORAN REAKSI TANAH ( Ph TANAH)

Disusun Oleh :
NAMA              : PUTU EKA IRAWAN
NIM                   : G111 13 513
KELOMPOK   : 15
ASISTEN          : SAHNUR

LABORATORIUM FISIKA TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013


I.  PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Reaksi tanah merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan reaksi  asam atau basa dalam tanah. Sejumlah proses dalam tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah dan biokimia tanah yang berlangsung spesifik.  
            Keasaman tanah dapat ditentukan oleh dinamika Hdi dalam tanah, ion H+ yang terdapat dalam tanah (suspensi tanah) yang berada dalam keseimbangan ion H+ yang terjerap. Kemasaman dikenal ada dua yaitu kemasaman aktif dan kemasaman potensial. Kemasaman aktif disebabkan oleh Hdalam larutan, sedangkan kemasaman potensial disebabkan oleh ion H+ dan Al yang terjerap pada permukaan kompleks jerapan.
            Pentingnya pH adalah untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Ditinjau dari berbagai segi, pada pH dibawah 7 merupakan tanah yang sedangkan pada tanah alkalis pH-nya berkisar antara 8-14. tanah yang mempunyai pH antara 6-7 merupakan pH yang terbaik (netral), tanaman yang berada pada sekitar pH netral dapat tumbuh baik, disebakan karena pH tersebut kebanyakan unsur hara larut dalam air. Oleh karena itu, penentuan pH tanah adalah salah satu pengujian yang paling penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosis masalah pertumbuhan tanaman.
             Berdasarkan uraian di atas, maka perlu melakukan percobaan reaksi tanah (pH) untuk mengetahui jenis reaksi dan nilai pH tanah Alfisol pada berbagai lapisan tanah.

1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan diadakannya praktikum ini yaitu untuk menentukan pH tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi tanah.
            Adapun kegunaan dari pengamatan reaksi tanah ini yaitu sebagai bahan informasi untuk mahasiswa tentang reaksi tanah juga sebagai bahan pembelajaran diperkuliahan.
















II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian pH Tanah
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+ di dalam tanah). Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dari ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi dari pada OH- , sedangkan pada tanah yang alkalis kandungan OH- lebih banyak dari pada H+. Bila jumlah  kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH= 7 (Hardjowigeno, 2010).
       Nilai pH berkisar dari 0 - 14 dengan pH 7 disebut netral sedang pH kurang dari 7 disebut alkalis. Besar kisaran nilai pH tersebut didasarkan atas besarnya konstanta disosiasi air murni (Hardjowigeno, 2010).
       Walaupun demikian pH tanah umumnya berkisar dari 3,0 - 9,0. Di Indonesia umumnya tanahnya bereaksi masam dengan pH 4,0 - 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 - 6,5 sering dikatakan telah cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam (Hardjowigeno, 2010).
       Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah yang sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sulfat masam (cat clay) karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat kering (arid) kadang-kadang pH tanahnya sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena padakeadaan tersebut banyak mengandung garam Na (Hardjowigeno, 2010).
       Tanah dapat diubah pH-nya jika terlalu masam ataupun sangat alkalis. Untuk yang masam dapat dinaikkan pH-nya dengan penambahan kapur ke dalam tanah, sedangkan untuk tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang (Hardjowigeno, 2010).
       Menurut Harjdowigeno (2010), alasan pentingnya mengetahui pH tanah yaitu
1.        Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Pada umumya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Pada tanah masam unsur P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al, sedang pada tanah alkalis unsur P juga tidak dapat diserap tanaman karena difiksasi oleh Ca.
2.        Menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun. Pada tanah-tanah masam banyak ditemukan ion-ion Al di dalam tanah, kecuali memfiksasi unsur P merupakan racun bagi tanaman.
     Pada tanah-tanah rawa pH yang terlalu rendah (sangat masam) menunjukkan kandungan sulfat tinggi, yang juga merupakan racun bagi tanaman.
     Disamping itu pada rekasi tanah yang masam, unsur-unsur mikro juga menjadi mudah larut, sehingga ditemukakan unsur mikro yang terlalu banyak. Unsur mikro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang sangat kecil, sehingga menjadi racun bila terdapat dalam jumlah yang terlalu besar. Termasuk unsur mikro dalam jenis ini adalah Fe, Mn, Zn, Cu, Co. Unsur mikro yang lain yaitu Mo dapat menjadi racun kalau terlalu alkalis. Disamping itu, tanah yang terlalu alkalis juga sering mengandung garam yang terlalu tinggi sehingga menjadi racun bagi tanaman (Hardjowigeno, 2010).
3.      Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme. Bakteri berkembang baik pada pH 5,5 atau lebih sedang pada pH kurang dari 5,5 perkembangannya sangat terhambat. Jamur dapat berkembang baik pada segala tingkat kemasaman tanah. Pada pH lebih dar 5,5 jamur harus bersaing dengan bakteri. Bakteri pengikat nitrogen dari udara dan bakteri nitrifikasi hanya dapat berkembang dengan baik pada pH lebih dari 5,5 (Hardjowigeno, 2010).
1.2. Permasalahan Tanah dan Hubungannya dengan pH
Kondisi pH tanah mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap ketersediaan unsur hara dan adanya unsur-unsur yang beracun. Beberapa unsur hara fungsional seperti besi, mangan, dan seng berkurang apabila pH dinaikan dari 5.0 menjadi 7.5 atau 8.0. Molibdenium berkurang ketersediannya bila pH diturunkan. Pada pH kurang dari 5.0 besi dan mangan menjadi larut dalam jumlah cukup banyak yang dapat menyebabkan tanaman keracunan. Pada pH yang sangat tinggi, ion bikarbonat akan dijumpai dalam jumlah banyak sehingga dapat menggangu serapan normal unsur lain dan sangat merugikan pertumbuhan tanaman (Soepardi 1983). Kondisi pH tanah mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap ketersediaan unsur hara dan adanya unsur-unsur yang beracun. Beberapa unsur hara fungsional seperti besi, mangan, dan seng berkurang apabila pH dinaikan dari 5.0 menjadi 7.5 atau 8.0. Molibdenium berkurang ketersediannya bila pH diturunkan. Pada pH kurang dari 5.0 besi dan mangan menjadi larut dalam jumlah cukup banyak yang dapat menyebabkan tanaman keracunan. Pada pH yang sangat tinggi, ion bikarbonat akan dijumpai dalam jumlah banyak sehingga dapat menggangu serapan normal unsur lain dan sangat merugikan pertumbuhan tanaman (Soepardi 1983).
pH tanah atau tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Potassium/kalium (K), dan Pospor (P) dimana tanaman membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap penyakit. Jika pH larutan tanah meningkat hingga di atas 5,5; Nitrogen (dalam bentuk nitrat) menjadi tersedia bagi tanaman. Di sisi lain Pospor akan tersedia bagi tanaman pada Ph antara 6,0 hingga 7,0 (Anonim 2011).
Beberapa bakteri membantu tanaman mendapatkan N dengan mengubah N di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman. Bakteri ini hidup di dalam nodule akar tanaman legume (seperti alfalfa dan kedelai) dan berfungsi secara baik bilamana tanaman dimana bakteri tersebut hidup tumbuh pada tanah dengan kisaran pH yang sesuai. Sebagai contoh, alfalfa tumbuh dengan baik pada tanah dengan pH 6,2 hingga 7,8; sementara itu kedelai tumbuh dengan baik pada tanah dengan kisaran pH 6,0 hingga 7,0. Kacang tanah tumbh dengan baik pada tanah dengan pH 5,3 hingga 6,6. Banyak tanaman termasuk sayuran, bunga dan semak-semak serta buah-buahan tergantung dengan pH dan ketersediaan tanah yang mengandung nutrisi yang cukup. Jika larutan tanah terlalu masam, tanaman tidak dapat memanfaatkan N, P, K dan zat hara lain yang mereka butuhkan. Pada tanah masam, tanaman mempunyai kemungkinan yang besar untuk teracuni logam berat yang pada akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut (Anonim 2011).
2.3  Faktor penyebab kemasaman tanah
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kemasaman tanah yaitu sebagai berikut Hakim, dkk, (2005) :
1.             Kejenuhan Basa
Kejenuhan basa adalah perbandingan antara kation basa dengan jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada koloid tanah.  Kejenuhan basa juga mencerminkan perbandingan kation basa dengan kation hidrogen dan almunium. Berarti semakin kecil kejenuhan basa, semakin masam pula reaksi tanah tersebut atau pH-nya semakin rendah. Kejenuhan basa 100% mencerminkan pH tanah yang netral, kurang dari itu mengarah ke pH tanah masam, sedangkan lebih dari itu mengarah ke basa.
2.             Sifat Misel (Koloid)
Sifat Misel yang berbeda-beda dalam mendisosiasikan ion H+ terjerap menyebabkan pH tanah berbeda pada koloid yang berbeda, walaupun kejenuhan basanya sama. Koloid organik mudah mendisosiasikan ion H+  ke dalam larutan.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi  tingkat kemasaman tanah yaitu pencucian basa, mineralisasi atau dekomposisi bahan organik, respirasi akar yang menghasilkan CO2 dan pemberian pupuk yang bereaksi masam dalam tanah (Pairunan, dkk, 2005).


III. METODOLOGI
1.1.       Waktu dan Tempat
Praktikum Reaksi Tanah dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 23 April 2009, pada pukul 13.30-16.00 WITA di Laboratorium Kimia Tanah.
1.2.       Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum Reaksi Tanah  adalah timbangan, pH meter, dan tempat roll film. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Reaksi Tanah adalah sampel tanah terganggu lapisan I, II, dan  III, aquades, tissu rol, kertas label.
1.3.       Prosedur Kerja
Langkah-langkah yang dilakukan dalam percobaan Reaksi Tanah adalah dengan metode elektrometris, sebagai berikut:
1.      Memasukkan 10 gram tanah halus ke dalam tabung reaksi atau tempat roll film dan menambahkan air suling 10 ml (rasio 1 : 2)
2.      Mengocok selama 30 jam dengan digoyang-goyangkan, kemudian mendiamkan selama 1 menit.
3.      Mengukur pH dengan pH meter.





IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
1.4.       Hasil Pengamatan
Adapun hasil yang diperoleh berdasarkan praktikum Bulk Density adalah sebagai berikut.
Tabel 6. Hasil Praktikum Reaksi Tanah
Lapisan Tanah
pH tanah
Lapisan I
3,20
Lapisan II
3,14
Lapisan III
3,25
Sumber : Data Primer 2011
4.2. Pembahasan
            Berdasarkan hasil pengamatan di atas, maka lapisan I pH-nya sebesar 3,20. Hal ini berarti tanah tersebut bersifat sangat masam karena pH tanah berada pada < 4,5 sehingga tanah bersifat sangat masam. Sesuai pendapat Pairunan, dkk. (1985) bahwa Kelas kemasaman tanah ada 6 macam, yaitu < 4,5 sangat masam, 4,5 - 5,5 masam, 5,6 - 6,5 agak masam, 6,6 - 7,5 netral, 7,6 - 8,5 agak alkalis, dan < 8,5 alkalis.
Lapisan II pH-nya sebesar 3,14. Hal ini berarti tanah tersebut bersifat sangat masam karena pH tanah berada pada < 4,5 sehingga tanah bersifat sangat masam. Sesuai pendapat Pairunan, dkk. (1985) bahwa Kelas kemasaman tanah ada 6 macam, yaitu < 4,5 sangat masam, 4,5 - 5,5 masam, 5,6 - 6,5 agak masam, 6,6 - 7,5 netral, 7,6 - 8,5 agak alkalis, dan < 8,5 alkalis. Hal ini disebabkan semakin kecil kejenuhan basa, semakin masam pula reaksi tanah tersebut atau pH-nya semakin rendah. Kejenuhan basa 100% mencerminkan pH tanah yang netral, kurang dari itu mengarah ke pH tanah masam, sedangkan lebih dari itu mengarah ke basa (Hakim dkk,1986)
Lapisan III pH-nya sebesar 3,25. Hal ini berarti tanah tersebut bersifat sangat masam karena pH tanah berada pada < 4,5 sehingga tanah bersifat sangat masam. Sesuai pendapat Pairunan, dkk. (1985) bahwa Kelas kemasaman tanah ada 6 macam, yaitu < 4,5 sangat masam, 4,5 - 5,5 masam, 5,6 - 6,5 agak masam, 6,6 - 7,5 netral, 7,6 - 8,5 agak alkalis, dan < 8,5 alkalis.
         Faktor-faktor lain yang mempengaruhi  tingkat kemasaman tanah yaitu pencucian basa, mineralisasi atau dekomposisi bahan organik, respirasi akar yang menghasilkan CO2 dan pemberian pupuk yang bereaksi masam dalam tanah (Pairunan, dkk, 1985).











V.KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh pada praktikum penetapan nilai reaksi tanah (pH), maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1.      Lapisan I memiliki pH sebesar 3,20 dan bersifat sangat masam.
2.      Lapisan II memiliki pH sebesar 3,14 dan bersifat sangat masam.
3.      Lapisan III memiliki pH sebesar 3,25 dan bersifat sangat masam.
4.      Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi tanah yaitu kejenuhan basa, macam kation terjerap, curah hujan, pemupukan, perbandingan air dengan tanah, kandungan garam-garam dalam larutan tanah, dan keseimbangan CO2 udara dan CO2 tanah
5.2  Saran
Apabila tanah sangat masam/ agak masam / masam, maka sebaiknya ditambahkan dengan kapur agar tanah menjadi netral dan apabila tanah agak alkalis / alkalis, maka sebaiknya ditambahkan dengan belerang / sulfur, agar tanah menjadi netral, karena tanaman dapat tumbuh dengan baik apabila pH suatu tanah netral.






DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jurusan Ilmu Tanah,            Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Anonim 2011. http://coridamayanti.blogspot.com//ddit-laporan-3-ph-tanah.html.    Diakses pada tanggal 7 November 2011, Makassar

Baver, L.D. 1961. Soil Physics. John Wiley & Sons Inc. New york.

Darmawijaya, M. Isa. 1990. Klasifikasi Tana. Universitas Gadjah Mada. Press.       Yogyakarta.

Foth, Hendry D., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Gajah Mada University           Press, Yogyakarta.

Hakim, N., M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha,         Go Ban Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas   Lampung, Lampung.

Hardjowigeno, H. Sarwono., 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika           Pressindo, Jakarta.

Henry. 1988. Fundamentalis of Soil Science. John Wiley & Sons. Inc. New york.

Kartasapoetra. 1987. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian     Universitas Padjajaran. Bandung.

Pairunan, Anna K., J. L. Nanere, Arifin, Solo S. R. Samosir, Romualdus Tangkaisari,         J. R. Lalopua, Bachrul Ibrahim, Hariadji Asmadi, 1985. Dasar-Dasar Ilmu   Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur



0 komentar:

Posting Komentar

apakah pendapat anda tentang blog ini?

RAMALAN CUACA

pendaftaran FMA

Powered byEMF HTML Contact Form

Total Tayangan Halaman

Popular Posts

Recent Posts

Social Media Sharing by CB Bloggerz

facebook

twitter