laporan analisis tekstur tanah
LAPORAN ANALISIS TEKSTUR TANAH
Disusun Oleh :
NAMA : PUTU EKA IRAWAN
KELOMPOK : 15
ASISTEN : SAHNUR
LABORATORIUM
FISIKA TANAH
JURUSAN
ILMU TANAH
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Later Belakang
Tanah
merupakan suatu sistem lapisan kerak bumi yang tidak padu dengan ketebalan
beragam berbeda dengan bahan-bahan di bawahnya, yang juga tidak baku dalam hal
warna, bangunan fisik, struktur, susunan kimiawi, sifat biologi, proses kimia,
ataupun reaksi-reaksi.
Tekstur
tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks dan terdiri atas tiga fase
yaitu padat, cair, dan gas. Fase padat yang hampir 50% menempati volume tanah
yang terdiri atas bahan-bahan mineral dan bahan organik. Dalam tanah terdapat
pori-pori tanah yang berada antara butiran fase padat yang diisi oleh fase cair
dan gas. Data tekstur tanah juga sangat diperlukan untuk evaluasi tata air
tanah, retensi air, konduktifitas dan kekuatan tanah.
Penetapan tekstur tanah dapat secara lapangan (kualitatif)
dan secara laboratorik (kuantitatif). Penetapan secara lapangan dapat dilakukan
dengan cara mengambil tanah yang basah kemudian diletakkan di antara telunjuk,
gosok-gosokkan dan apabila melincir terasa sangat liat dan melekat, tandanya
kadar liat (tanah liat) banyak. Apabila terasa kasar, tak dapat dibentuk
menandakan kelas tekstur pasir. Sedangkan debu akan terasa licin pula, seperti
sabun basah, dan apabila mongering terasa seperti tepung.
Penetapan secara laboratorik dilakukan dengan cara
mengambil sejumlah tanah kemudian dipecah-pecahkan sampai halus, untuk
memisahkan pasir yang sangat halus dipergunakan saringan. Persentase berat
(kadar) debu dan liat akan diperoleh dengan perlakuan fisika-kimiawi serta
berdasarkan atas cepatnya pengendapan dalam suspense tanahnya.
Tekstur tanah penting kita ketahui, oleh karena komposisi
ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisika,
fisika-kimia, dan kimia tanah. Sebagai contoh, besarnya lapangan pertukaran
dari ion-ion di dalam tanah amat ditentukan oleh tekstur tanah.
Berdasarkan perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu,
dan liat, maka kita perlu memahami pentingnya pengetahuan tentang tekstur
tanah. Dimana sifat fisik tanah tergantung pada jumlah ukuran, bentuk, susunan
dan komposisi mineral dari partikel-partikel tanah, macam dan jumlah bahan
organik, volume, dan bentuk pori-porinya serta perbandingan air dan udara
menempati pori-pori pada waktu tertentu.
1.2.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari praktikum analisis tekstur tanah ini, yaitu untuk mengetahui persen atau
perbandingan relatif pasir, debu, dan liat pada tiap lapisan tanah alfisols
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan dari praktikum analisis tekstur tanah ini, adalah
sebagai bahan informasi untuk pengolahan lebih lanjut berdasarkan kelas tekstur
tanah.
I. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Tekstur Tanah
Tekstur
tanah adalah perbandingan berat nisbi fraksi pasir, debu, dan liat. Suatu kelas
tekstur mempunyai batas susunan tertentu dari fraksi pasir, debu, dan liat.Pembagian
kelas tekstur tanah menurut USDA dibagi kedalam 12 tekstur.
Pembagian ini didasrkan banyaknya susunan fraksi tanah. (Yulius dkk, 2001).
Tekstur tanah adalah sifat halus atau kadar butiran pada
lapisan tanah. Kasar atau halusnya
tanah ditentukan oleh perimbangan antara pasir, debu, dan liat yang terdapat
didalam tanah. Tekstur tanah juga memberikan pengertian persentase relatif dari
ketiga unsur batuan yang meliputi pasir, geluh, dan lempung. (Prawirahartono, dkk, 1991).
Ukuran
relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada
kehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah perbandingan
relatif pasir, debu, dan tanah liat. Laju dan berapa jauh berbagai reaksi
fisika dan kimia penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena
tekstur ini menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi kimia
pada permukaan tanah (Foth, 1994).
Di dalam tanah ditemukan
butir-butir primer tanah berbagai ukuran yang dapat dikelompokkan antara lain
sesebagai berikut yaitu fraksi tanah halus (fine earth fraction) dan fragmen
batuan (rock fragment). Fraksi tanah halus adalah fraksi tanah berukuran < 2
mm yang terdiri dari pasir (50 µ - 2 mm), debu (2 µ - 50 µ), dan liat (< 2
µ) (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).
Fragment batuan adalah fraksi
tanah berukuran ≥ 2 mm hingga ukuran horizontalnya lebih kecil dari sebuah
pedon (kerikil, kerakal, dan batu-batu kecil). Kecuali itu, sering ditemukan
juga fragmen batuan semu (para rock fragment) yang berukuran sama dengan
batuan, tetapi dapat hancur menjadi ukursn > 2 mm pada persiapan tanah untuk
analisa pada tanah, sehingga dianggap sebagai fraksi tanah halus (Hardjowigeno,
2003).
Tanah-tanah yang bertekstur
pasir, karena butiran-butirannya berukuran lebih besar, maka setiap satuan
berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga
sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat,
karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih
besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah
bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar
(Hardjowigeno, 2002).
Telah diketahui bahwa pasir
dan debu berasal dari pecahnya butir-butir mineral tanah yang ukurannya
berbeda-beda dari satu jenis tanah dengan jenis tanah yang lain. Luas permukaan
debu jauh lebih besar dari luas permukaan pasir per gram. Tingkat pelapukan
debu dan pembebasan unsur-unsur hara untuk diserap akar lebih besar daripada
pasir. Partikel-partikel debu
terasa licin sebagai tepung dan kurang melekat. Sedangkan tanah-tanah yang
mengandung debu yang tinggi dapat memegang air tersedia untuk tanaman. Fraksi
liat pada kebanyakan tanah terdiri dari mineral-mineral yang berbeda-beda
komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya dibandingkan dengan pasir dan debu
(Hakim, dkk. 1986).
2.2. Karakteristik Tekstur
Tanah
Adapun
karakteristik tekstur tanah menurut USDA yaitu pasir > 0,05 debu 0,02 – 0,05
dan liat <0,02.Telah diketahui bahwa pasir dan debu terutama
berasal dari pecahnya butir-butir mineral tanah yang ukurannya berbeda-beda
dari satu jenis tanah dengan jenis tanah yang lain. Luas permukaan debu jauh
lebih besar dari luas permukaan pasir per gram. Tingkat pelapukan debu dan
pembebasan unsur hara untuk diserap akar lebih besar daripada pasir. (Hakim, dkk. 1986).
Tekstur
tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus. Berdasarkan
atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat maka tanah
dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur. Kelas kasar terdiri dari
pasir dan pasir berlempung. Kelas agak kasar terdiri dari lempung berpasir dan
lempung berpasir halus. (Hakim, dkk. 1986).
Kelas
sedang terdiri dari lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu,
dan debu. Kelas agak halus terdiri dari lempung liat, lempung liat berpasir,
dan lempung liat berdebu. Dan yang terakhir, kelas halus terdiri dari liat
berpasir, liat berdebu, dan liat (Hardjowigeno, 2003)
Di
lapangan tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijit tanah
basah di antara jari-jari, sambil dirasakan halus kasarnya yaitu dirasakan
adanya butir-butir pasir, debu, dan liat. Pasir terasa kasar sangat jelas, tidak melekat, dan tidak
dapat dibentuk bola dan gulungan. Pasir berlempung terasa kasar jelas, sedikit
sekali melekat, dan dapat dibentuk bola yang mudah sekali hancur. Lempung
berpasir terasa kasar agak jelas, agak melekat. (Hardjowigeno, 2003)
Lempung
terasa tidak kasar dan tidak licin, agak melekat, dan dapat dibentuk bola agak
teguh, dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat. Lempung
berdebu terasa licin, agak melekat, dan dapat dibentuk bola agak teguh, dapat
dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat. Debu terasa licin sekali, agak
melekat, dan dapat dibentuk bola agak teguh, dapat dibuat gulungan dengan
permukaan mengkilat. (Hardjowigeno, 2002).
Lempung
berliat terasa agak licin, agak melekat, dan dapat dibentuk agak teguh, dapat
dibentuk gulungan yang agak mudah hancur. Lempung liat berpasir terasa halus
dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dan dapat dibentuk bola teguh,
dapat dibentuk gulungan mudah hancur. Lempung liat berdebu terasa halus agak
licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, gulungan mengkilat. Liat
berpasir terasa halus, berat, tetapi terasa sedikit kasar, melekat, dan dapat
dibentuk bola teguh, mudah digulung. (Hardjowigeno, 2002).
Liat
berdebu terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dan dapat dibentuk bola
teguh artinya
bola yang mudah pecah, mudah digulung. Dan yang
terakhir adalah liat, terasa berat, halus, sangat lekat, dan dapat dibentuk
bola dengan baik, mudah digulung (Hardjowigeno, 2002).
Klasifikasi partikel-partikel
menurut USDA dan ISSS
Nama Tekstur
|
Diameter *)
|
Diameter **)
|
||
Mm
|
Micron
|
Mm
|
Micron
|
|
Pasir sangat kasar
|
1-2
|
1000-2000
|
||
Pasir kasar
|
0,5-1
|
500-1000
|
0,2-2
|
200-2000
|
Pasir sedang
|
0,25-0,5
|
250-500
|
||
Pasir halus
|
0,10-0,25
|
100-250
|
0,02-0,2
|
20-200
|
Pasir sangat halus
|
0,05-0,10
|
50-100
|
||
Debu
|
0,02-0,05
|
2-50
|
0,002-0,2
|
2-20
|
Liat
|
kecil dari
0,002
|
kecil dari 2
|
kecil dari ,002
|
2
|
2.3. Hubungan Tekstur
dengan pertumbuhan tanaman
Untuk pertumbuhan tanaman yang baik, tanah dengan aerasi, drainase, serta kemampuan
menyimpan air maupun unsur hara yang baik harus memiliki komponen pasir, debu,
dan liat yang seimbang. Sehingga tanaman mampu tumbuh dalam keadaan yang
optimal. (Anonim, 2011)
Hubungan antara tanah-tanah
yang bertekstur pasir dengan pertumbuhan tanaman yaitu karena
butiran-butirannya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya
setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap
(menahan) air dan unsur hara. keadaan tanah yang memiliki tekstur yang dominan
pasir, maka daya ikat tanah terhadap air serta bahan organik lainnya kecil. (Hakim, dkk. 1986).
Tanah dengan tekstur dominan pasir ini
cenderung mudah melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Dalam keadaan
tanah seperti ini, pertumbuhan akar tanaman akan berkembang dengan baik. Akar
mudah untuk melakukan penetrasi ke dalam tanah. Drainase dan aerasi pada tekstur
tanah dominan berpasir ini cukup baik, namun tekstur tanah ini cenderung mudah
melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman.Dengann demikian tanaman akan
sulit mendapatkan unsur hara, sehingga pertumbuhan tanaman akan mudah terganggu. (Anonim, 2011)
Hubungan antara tanah-tanah
bertekstur liat dengan pertumbuhan tanaman yaitu karena lebih halus maka setiap
satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan
menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih
aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2002). Dalam
keadaan tanah yang dominan liat, akar pada tanaman akan sulit untuk melakukan
penetrasi karena keadaan lingkungan tanah yang lengket pada saat basah dan
mengeras pada saat kering. Drainase dan aerasi buruk, sehingga pertukaran udara
maupun masuknya unsur hara pada akar tanaman akan terganggu.
Pada keadaan basah, tanaman
sulit mengikat gas-gas yang berguna bagi proses fisiologi karena pori-pori
tanah yang kecil tergenang oleh air (kecuali tanaman padi yang mampu
beradaptasi di lingkungan yang tergenang air). Air pada tanah dominan liat ini
tidak mudah hilang. Tanaman dapat mengalami kematian, karena kurangnya
unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses-proses fisiologis
yang semestinya. (Anonim, 2011).
Hubungan antara tanah-tanah
bertekstur debu dengan pertumbuhan tanaman yaitu partikel-partikel debu terasa licin sebagai tepung
(powder) dan kurang melekat. Tanah-tanah yang memiliki kemampuan besar dalam
memegang air adalah fraksi liat. Sedangkan tanah-tanah yang mengandung debu
yang tinggi dapat memegang air tersedia untuk tanaman. Fraksi liat pada
kebanyakan tanah terdiri dari mineral-mineral yang berbeda-beda komposisi
kimianya dan sifat-sifat lainnya dibandingkan dengan pasir dan debu (Hakim,
dkk. 1986).
Tekstur tanah
sangat berpengaruh pada penentuan penggunaan tanah. Khususnya dalam bidang
pertanian, variasi budidaya tanaman ditentukan oleh kesesuaian teksturnya. Data
ini sangat dibutuhkan dalam evaluasi tata air, retensi air, konduktifitas
hidrolik dan kekuatan tanah. Hasil pertanian memiliki hubungan yang erat dengan
tekstur tanah. Beberapa penelitian di daerah geografik membuktikan bahwa tanah
bertekstur pasir ternyata dapat memberikan hasil tanaman yang tinggi dengan
irigasi.(Kasman 2007)
Tekstur tanah perlu di lakukan mengingat adanya
berbagai jenis tanah yang terdapat di
permukaan bumi dan masing-masing memiliki penggunaan yang berbeda satu sama
lain. Upaya memaksimalkan hasil-hasil pertanian dapat dipenuhi jika penunjang
pokok kesuburan tanaman dapat terpenuhi, dalam hal ini tanah yang sesuai dengan
karakteristik tanaman sehingga irigasi, pemupukan dan upaya-upaya lain untuk
meningkatkan produktifitas tanaman dapat berlangsung dengan baik (Hardjowigeno
2003).
III.
METODOLOGI
3.1. Waktu dan0020Tempat
Praktikum analisis ukuran
partikel (Tekstur) dilaksanakan pada hari Jumat, 31 Oktober 2013, pada
pukul 13.30 WITA – selesai di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang
digunakan pada praktikum analisis ukuran partikel (Tekstur) adalah
timbangan/neraca, botol tekstur 1000 ml , cawan 2 buah, sprayer, corong, saringan 0,05 mm, mesin pengocok
(mixer), pengaduk, silinder sedimentasi,
desikator, hidrometer, termometer, dan oven.
Adapun
bahan-bahan yang digunakan pada praktikum analisis ukuran partikel (Tekstur)
adalah sampel tanah kering udara oxisol dan vertisol, larutan Calgon 0.05%,
aquadest, tissu rol, dan kertas label.
3.3. Prosedur Kerja
Urutan kerja pada
praktikum yang telah dilakukan adalah :
1.
Menghaluskan
sampel tanah kering udara.
2.
Menimbang
20 gram tanah kering udara, dengan
butir-butir tanah berukuran kurang dari 2 mm.
3.
Memasukkan
tanah tersebut ke dalam botol tekstur dan menambahkan 10 ml larutan Calgon
0.05% dan aquadest secukupnya
4.
Mengocok dengan mesin pengocok selama ± 5 menit.
5.
Menuangkan
secara kualitatif semua isinya ke dalam silinder sedimentasi 1000 ml yang
diatasnya dipasangi saringan dengan diameter lubang sebesar 0.05 mm dan
membersihkan botol tekstur dengan bantuan botol semprot.
6.
Menyemprot
dengan sprayer sambil mengaduk-aduk semua suspensi yang masih tinggal pada
saringan sehingga semua partikel debu dan liat telah turun (air saringan telah
jernih).
7.
Memindahkan
pasir yang tertinggal ke dalam cawan kemudian memasukkan ke dalam oven bersuhu
1050C selama 2 x 24 jam, selanjutnya memasukkannya ke dalam desikator
dan menimbangnya hingga berat pasir diketahui.
8.
Mencukupkan
larutan suspensi dalam silinder sedimentasi dengan air destilasi hingga 1000
ml.
9.
Mengangkat
silinder sedimentasi, menyumbat baik-baik dengan karet lalu mengocok dengan
membolak-balik tegak lurus 1800C sebanyak 20 kali.
10. Menuangkan 3 tetes amyl alkohol ke permukaan suspensi
untuk menghilangkan gangguan buih yang mungkin timbul.
11. Memasukkan hidrometer ke dalam suspensi dengan hati-hati
setelah 15 menit
12. Setelah 40 detik, membaca dan mencatat pembacaan hidrometer
pertama (H1) dan suhu suspensi (t1).
13. Mengeluarkan hidrometer dari suspensi dengan hati-hati
14. Setelah menjelang 8 jam, memasukkan hidrometer dan
mencatat pembacaan hidrometer kedua (H2) dan suhu suspensi (t2).
15. Menghitung berat debu dan liat dengan menggunakan
persamaan :
Berat debu dan liat =
- 0,5
.............(a)
Berat liat
=
..............(b)
Berat debu = Berat (debu + liat) – Berat liat ..............(a+b)
16. Menghitung persentase pasir, debu, dan liat dengan
persamaan :
% Pasir =
x 100 %
% Debu =
x 100 %
% Liat =
x 100 %
*Keterangan:
jika menggunakan silinder 1000 ml ,hasil perhitungan tidak dibagi 2
`
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut ini :
Tabel 2. Hasil Pengamatan Tekstur Tanah pada Lapisan II
Lapisan Tanah
|
% debu
|
% pasir
|
% liat
|
Keterangan
|
Lapisan I
|
23,5
|
1,5
|
74,9
|
Liat
|
Lapisan II
|
20
|
1
|
79
|
Liat
|
Sumber: Data primer setelah diolah,
2013
4.2.
Pembahasan
Pada lapisan I memiliki persentase debu
23,5%, pasir 1,5% dan liat 74,9% sedangkan pada lapisan II memiliki tekstur
liat dengan persentase fraksi debu 20%, pasir 1%, dan liat 79%.
Pada
lapisan I dan lapisan II persentase fraksi liat lebih besar dari pada
persentase fraksi debu dan pasir. Sehingga kedua lapisan memiliki tekstur liat
(clay). Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1998), bahwa apabila persentase
kejenuhan suatu tanah lebih dari 50% maka tanah tersebut termasuk dalam tekstur
liat dan juga disebabkan oleh tingkat pelapukan yang terjadi pada masing-masing
lapisan yang relatif besar dan kemampuannya mengikat air. Hal ini juga sesuai
dengan pendapat Darmawijaya (1990) bahwa perbedaan persentase penyusun suatu
tanah dipengaruhi oleh kemampuan penyusun tanah mengikat air yang tinggi.
Setelah
dilakukan uji penetapan tekstur tanah di laboratorium menggunakan metode
hydrometer ini ternyata memiliki kesamaan ketika melakukan penetapan tekstur
dengan metode feeling saat di lapangan. Hasil penetapan tekstur melalui kedua
metode tersebut semakin memperkuat dan memperjelas hasil penetapan kelas
tekstur tanah yang telah diamati.
Dari hasil penetapan tekstur tersebut
ternyata pada lapisan II berada pada kelas tekstur liat. Hal tersebut dapat
terjadi karena faktor kedalaman lapisan tanah yang cukup berdekatan.
Pengambilan sampel tanah berada pada jarak lapisan yang cukup dekat sehingga
hasil penetapan teksturnya sama. Meskipun diperoleh ketetapan tekstur yang sama
pada kedua lapisan tersebut, tetapi persentasi kandungan fraksi-fraksinya
memiliki perbedaan yang mencolok. Selain perbedaan kandungan fraksi-fraksi
tanah yang ada, perbedaan juga tampak pada warna tanah. Warna pada lapisan I
berbeda dengan warna tanah pada lapisan kedua. Warna tanah pada lapisan I
berwarna cokelat kehitaman. Sedangkan pada lapisan kedua warna tanahnya agak
sedikit pucat dari lapisan tanah I. Sehingga adanya perbedaan warna dan fraksi
cukup menjadi pembeda antara lapisan I dan II
V.
KESIMPILAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pada lapisan I memiliki tekstur liat dengan
persentase fraksi debu 23,5%, pasir 1,5%, dan liat 74,9%.
2.
Pada lapisan II memiliki tekstur liat dengan persentase fraksi
debu 20%, pasir 1%, dan liat 79%.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya
perbedaan tekstur tanah yaitu bahan induk tanah, iklim, waktu, organisme, dan
topografi. Selain itu tingkat pelapukan dan kemampuan penyusun tanah mengikat
air juga mempengaruhi tekstur tanah.
5.2.
Saran
Tekstur tanah mepengaruhi kesuburan
tanah sehingga secara tidak langsung juga mempengaruhi kesuburan tanaman. Oleh
karena itu, sebelum mengolah suatu lahan untuk dijadikan sebagai lahan
pertanian, terlebuh dahulu menetapkan tekstur tanah yang tepat dengan jenis tanaman yang akan dibudidayakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1.2013.tekstur_tanah..http://tinniedon2-sifatfisiktanah.blogspot.com/
diakses
pada Jumat, 1 November 2013 pukul 23.10
WITA
Hanafiah, Ali Kemas.
2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Raja Grafindo Persada:Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah.
Mediyatama Sarana Perkasa:Jakarta.
Buckman, H.O. dan N.C. Brandy, 1982. Ilmu Tanah. Brata Karya Aksara, Jakarta.
Foth, H.D., 1984. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.. Edisi VI.
Erlangga, Jakarta.
Hakim, N.M.Y. Nyakpa, A.M.Lubis, S.Ghani, Nugroho, M.R.Soul,
M.A.Diha, G.B.Hong, N.H.Balley.,
1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Pairunan ,A.K., JL.Nanere, Arifin. S.R.Samosir, R.Tangkai Sari,
J.R.Lalopouo, B.Ibrahim, H.Asmadi.,
1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri
Indonesia Timur, Ujung Pandang.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Tanah
alfisol pada lapisan I
Menghitung berat debu dan
liat dengan menggunakan persamaan:
Berat
debu + liat =
{
}- 0,5 .............(a)
=
- 0,5
.....................(a)
= 25,33 gram
Berat liat
= {
}- 0,5 ................(b)
=
- 0,5
........................(b)
= 19,28 gram
Berat debu = (Berat Debu + Liat) – (Berat Liat)
.......(a-b)
= 25,33 – 19,28
= 6,05 gram
Menghitung persentase pasir, debu dan liat dengan persamaan :
% pasir =
x 100%
=
x 100%
= 1,5%
% debu =
x 100%
=
x 100%
= 23,5%
% liat =
x 100%
=
x 100%
= 74,9%
Tanah
alfisol lapisan II
-
untuk berat debu dan liat =
=
= 41,83 gram
.......................................(a)
-
untuk berat liat =
- 0,5
=
- 0,5
= 33,53 gram
.......................................(b)
-
untuk berat debu = (berat debu + liat) - berat liat
=
41,83 – 33,53
=
8,3 gram ....................................... (a-b)
% pasir =
=
=
0,94%
% debu =
=
=
19,65%
% liat =
=
=
79,39%
Setelah dimasukkan kedalam segitiga tekstur tampak perpotongan diantara ketiganya berada didaerah “clay“
atau liat.
0 komentar:
Posting Komentar