Laporan persilangan tanaman jagung (pemulian tanaman)
putu eka irawan laporan ini tugas pemulian tanaman.
BAB 1
PENAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Jagung (Zea
mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan
dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai
sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung
juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk
beberapa daerah di Indonesia (misalnya
di Madura dan Nusa Tenggara) juga
menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat,
jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil
minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku
industri (dari tepung bulir dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang
dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga
sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Berdasarkan temuan-temuan genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa
daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko
bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun
yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar
7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4.000 tahun yang lalu. Kajian filogenetik menunjukkan
bahwa jagung budidaya (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan
langsung dari teosinte (Zea
mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang
berlangsung paling tidak 7.000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen
dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah
teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays.
Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan
yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 kultivar jagung,
baik yang terbentuk secara alami maupun dirakit melalui pemuliaan tanaman.
Pada
tahun 2011 impor jagung mencapai 3207,657 juta ton Pada tahun 2012, impor
jagung mencapai 1,7 juta ton dengan nilai US$ 501,9 juta. Negara asal jagung
impor terbesar adalah India dengan total impor 1,1 juta ton dengan nilai US$
319 juta sepanjang tahun lalu. Kemudian Argentina, dengan total impor jagung ke
Indonesia sebesar 286,3 ribu ton dengan nilai US$ 89 juta. Impor jagung dari
Pakistan sebesar 146,2 ribu ton dengan nilai US$ 46 juta, Brazil sebanyak 74,4
ribu ton dengan nilai US$ 23 juta, dan Amerika Serikat sebanyak 44,2 ribu ton
dengan nilai US$ 15,8 juta.Meskipun produksi
jagung dalam negeri mengalami kenaikan dalam beberapa tahun terakhir dan ada
sedikit ekspor, tetapi kita masih melakukan impor jagung dalam waktu yang
bersamaan. Data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menyebutkan, antara
tahun 2005 dan 2001 Indonesia mengimpor sedikitnya 1 juta ton per tahun. Impor
jagung lebih banyak digunakan untuk kebutuhan pakan ternak.
Produksi jagung pada tahun 2012
(ATAP) sebesar 19,39 juta ton pipilan kering atau mengalami peningkatan sebesar
1,74 juta ton (9,88 persen) dibandingkan tahun 2011. Produksi jagung pada tahun 2013 (ARAM I)
diperkirakan 18,84 juta ton pipilan kering atau mengalami penurunan sebesar
0,55 juta ton (2,83 persen) dibandingkan tahun 2012. Penurunan produksi ini
diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 66,62 ribu hektar (1,68
persen) dan penurunan produktivitas sebesar 0,57 kuintal/hektar (1,16 persen).
Biji jagung kaya akan karbohidrat.
Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai
80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya
berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada
jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin.
Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih
berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui
mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.
Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan
adalah: Kalori : 355
Kalori, Protein : 9,2 gr, Lemak : 3,9 gr, Karbohidrat : 73,7 gr,
Kalsium : 10 mg, Fosfor : 256 mg, Ferrum : 2,4 mg, Vitamin A :
510 SI,Vitamin B1 : 0,38 mg, Air : 12 gr. Jagung merupakan tanaman sumber bahan pangan pokok bagi sebagian
masyarakat, selain gandum, padi atau beras. Jagung kaya akan karbohidrat.
Kandungan karbohidrat yang terkandung dalam jagung dapat mencapai 80% dari
seluruh bahan kering biji jagung. (Mubyarto, 2002).
Menurut (Mubyarto, 2002) manfaat
jagung sebagai berikut (1) Buahnya merupakan sumber karbohidrat bagi manusia.
(2) Sebagai salah satu sumber pangan pokok. (3) Daunnya dapat digunakan untuk
pakan ternak kambing, sapi, maupun kerbau. (4) Batangnya yang sudah kering dapat
digunakan untuk kayu bakar. (5) Tulang jagung (jenggel) dapat digunakan sebagai
kayu bakar.
1.1.Tujuan dan kegunaan
1.1.1.
Tujuan
Tujuannya adalah untuk mengetahui karakteristik pada
tanaman jagung serta metode persilangan pada tanaman jagung dengan perlakuan
yang diberikan terhadap tanaman
1.1.2.
Kegunaan
Adapun kegunaan dari makalah ini agar
mahasiswa mengetahui bagaimana morfologi dan karakteristik tanaman jagung dan
maengetahui metode persilangan pada tanaman jagung di lapangan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Morfologi
Tanaman Jagung
Kerajaan
: Plantae
(tidak termasuk)
Monocots
(tidak
termasuk)
Commelinids
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae
Genus
: Zea
Spesies
: Z. mays
Varietas
: Golden Boy
Tinggi tanaman
jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara
1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa
diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun
beberapa varietas dapat menghasilkan anakan, pada umumnya jagung tidak memiliki
kemampuan ini (Nasir, 2006).
Akar jagung tergolong akar serabut
yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2
m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku
batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman. Akar tanaman jagung seperti tanaman rumput-rumputan,
akar tanaman jagung tumbuh dengan baik.Akar yang pertama muncul disebut sebagai
akar seminal yang pemanjangannya diikuti oleh akar-akar samping. Akar seminal
ini termasuk dalam akar sementara yang tumbuh dari embrio, setelah akar utama
yaitu akar adventif muncul yaitu sekitar umur 6 hingga 10 hst maka selanjutnya
yang berkembang adalah akar adventif. Akar adventif tumbuh di pangkal
ujungbawah batang ( Nasir, 2006).
Selain
akar adventif, tumbuh juga akar udara atau akar tunjang yang tumbuh di pangkal
atas ruas batang bagian bawah atau sekitar 2,5-3 cm dari permukaan tanah yang
memanjang hingga akhirnya menembus tanah, akar inilah yang membedakan jagung
dari jenis rumput yang lain. Akar tunjang ini dimanfaatkan tanaman jagung untuk
memperkokoh tegak tanaman dan memperluas wilayah serapan air dan mineral.Akar
tanaman jagung akan tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur dan subur,
sementara pada tanah yang padat akan menyebabkan akar tanaman jagung tumbuh
dalam jumlah lebih sedikit. cara umum akar tanaman berperan dalam menyokong
tubuh tanaman, mengabsorbsi air dan mineral tanah, melakukan metabolisme yang
penting untuk tanaman dan menyimpan cadangan makanan ( Nasir, 2006 ).
Batang
tanaman jagung berbeda dari jenis rumput-rumputan karena batangnya padat dan
terisi dengan jaringan kulit yang keras dengan bagian luar lebih tipis. Selain
itu, batang tanaman jagung juga beruas-ruas yang umumnya dalam satu batang
terdapat 8-21 ruas dalam satu batang dengan panjang antara 100 cm hingga 300 cm
tergantung pada jenis jagungnya, jika berumur genjah maka panjang sekitar 100
cm, sementara untuk jagung berumur dalam mencapai panjang 300 cm. Tanaman
jagung tumbuh tinggi dan berdiameter sekitar 3-4 cm Daun sangat penting perannya dalam
pertumbuhan tanaman, daun tanaman jagung terdiri dari 8 hingga 48 helai, namun
idealnya sekitar 12 hingga 18 helai daun. Pada tanaman jagung berumur genjah
berdaun lebih sedikit dari jagung berumur panjang. Panjang helaian dan antara
30 hingga 150 cm dengan lebar daun dapat mencapai 15 cm dengan panjang
pelepahnya 3 hingga 6 cm (Rukmana, 2007 ).
Batang jagung tegak dan mudah
terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum.
Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk
roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku.
Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. Batang tanaman jagung berbeda dari jenis
rumput-rumputan karena batangnya padat dan terisi dengan jaringan kulit yang
keras dengan bagian luar lebih tipis. Selain itu, batang tanaman jagung juga
beruas-ruas yang umumnya dalam satu batang terdapat 8-21 ruas dalam satu batang
dengan panjang antara 100 cm hingga 300 cm tergantung pada jenis jagungnya,
jika berumur genjah maka panjang sekitar 100 cm, sementara untuk jagung berumur
dalam mencapai panjang 300 cm. Tanaman jagung tumbuh tinggi dan berdiameter
sekitar 3-4 cm (Rukmana, 2007 ).
Daun
sangat penting perannya dalam pertumbuhan tanaman, daun tanaman jagung terdiri
dari 8 hingga 48 helai, namun idealnya sekitar 12 hingga 18 helai daun. Pada
tanaman jagung berumur genjah berdaun lebih sedikit dari jagung berumur
panjang. Panjang helaian dan antara 30 hingga 150 cm dengan lebar daun dapat
mencapai 15 cm dengan panjang pelepahnya 3 hingga 6 cm. Daun jagung
adalah daun sempurna. Antara pelepah dan helai daun
terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada
yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang
khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis
berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi
defisit air pada sel-sel daun.
Daun jagung tumbuh dari ruas-ruas
batang dan terdiri atas tiga bagian yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian
daun. Ligula adalah lidah daun yang letaknya diantara kelopak dan helaian daun.
Terkadang, kelopak daun juga membungkus batang sehingga seluruh ruas tanaman
tertutupi. Tulang daun jagung tersusun secara linier memanjang dengan satu ibu
tulang daun yang diikuti dengan anak tulang daun yang sejajar ( Rukmana, 2007
).
Jagung memiliki bunga jantan dan
bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap
kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut
floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma).
Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga
(inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan
beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku,
di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat
menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina.
Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif,
dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk
penyerbukan (Allard, 2008)
Jagung
termasuk dalam kategori tanaman berumah satu karena terdapat bunga jantan dan
betina dalam satu tanaman, hanya saja berbeda letak atau tidak berada dalam
satu bunga yang sama. Bunga jantan atau tassel atau staminate berada di bagian
ujung tanaman sementara bunga betina atau tongkol berada di ruas samping
tanaman atau di ketiak daun.bunga betina jagung memiliki pemanjangan kepala
putik yang disebut sebagai carpel. Dalam carpel terdapat sel telur atau ovary.
Kepala putik atau carpel ini akan muncul dan keluar dari klobot ketika jagung
siap untuk diserbuki. Setiap satu carvel mewakili satu bakal biji. Sementara
itu, pada bunga jantan terdapat poros tengah dan cabang lateral. Poros tengah
terdiri atas empat pasang spiket atau lebih, dan untuk cabang lateral terdiri
atas dua baris spiket. Penyerbukan dimulai dengan jatuhnya polen pada carpel
secara open pollinated. Setelah pembuahan terjadi, biji akan terbentuk pada
tongkol. Biji yang terbentuk terlindungi oleh klobot jagung (Allard,2008)
Tongkol
tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun, meskipun memiliki sejumlah
bunga betina, Pada umumnya satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol
produktif, Buah Jagung yang siap panen Beberapa varietas unggul dapat
menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas
prolifik. Dan bunga jantan jagung memerlukan waktu 2-5 hari untuk
penyerbukan lebih cepat daripada bunga betinanya (Allard,2008)
2.2
Pemulian Tanaman Jagung
Pemuliaan tanaman
merupakan kegiatan yang dinamis dan berkelanjutan. Kedinamisannya dicerminkan dari adanya
tantangan dan kondisi alam lingkungan yang cenderung berubah, sebagai contoh
strain patogen yang selalu berkembang, selera ataupun preferensi konsumen
terhadap pangan yang juga berkembang, oleh karenanya, kegiatan pemuliaan pun
akan berpacu sejalan dengan perubahan tersebut. Sedangkan keberlanjutannya
dapat dilihat dari kegiatannya yang sinambung, berlanjut dari satu tahapan
menuju pada tahapan berikutnya. Lebih lanjut, pemuliaan merupakan ilmu terapan
yang multidisiplin, dengan menggunakan beragam ilmu lainnya, seperti genetika,
sitogenetik, agronomi, botani, fisiologi, patologi, entomologi, genetika
molekuler, biokimia, statistika dan bioinformatika. Sedangkan, dilihat dari
metode yang digunakan, dibagi menjadi dua: pendekatan pemuliaan konvensional
(contohnya melalui persilangan, seleksi dan mutasi) dan inkonvensional (kloning
gen, marka molekuler dan transfer gen) (Gepts and Hancock, 2006).
Pada umumnya proses
kegiatan pemuliaan diawali dengan (i) usaha koleksi plasma nutfah sebagai
sumber keragaman, (ii) identifikasi dan karakterisasi, (iii) induksi keragaman,
misalnya melalui persilangan ataupun dengan transfer gen, yang diikuti dengan
(iv) proses seleksi, (v) pengujian dan evaluasi, (vi) pelepasan, distribusi dan
komersialisasi varietas. Teknik persilangan yang diikuti dengan proses seleksi
merupakan teknik yang paling banyak dipakai dalam inovasi perakitan kultivar
unggul baru, selanjutnya, diikuti oleh kultivar introduksi, teknik induksi
mutasi dan mutasi spontan yang juga menghasilkan beberapa kultivar baru (Wijaya, 2007)
Peran pemuliaan dalam
upaya peningkatan kualitas komoditas tanaman adalah perakitan kultivar yang
memiliki kualitas tinggi seperti perbaikan terhadap warna, rasa, aroma, daya
simpan, kandungan protein, dll. Perbaikan kualitas juga berarti perbaikan ke
arah preferensi konsumen (market/ client). Karakter kualitas target pemuliaan,
sebagai contoh pada tanaman mangga adalah karakter (diantaranya): daging buah
tebal, rasa manis, tekstur daging buah baik, kadar serat rendah, biji tipis,
kulit buah tebal dengan warna menarik serta memiliki daya simpan yang panjang (Wijaya, 2007)
Menurut Alfikri
(2011) metode seleksi dalam pemuliaan tanaman
jagung adalah sebagai berikut :
1.
Seleksi Massa (Mass Selection)
Seleksi
massa adalah pemilihan individu secara visual yang mempunyai karakter-karakter
yang diinginkan dan hasil biji tanaman terpilih dicampur untuk generasi
berikutnya. Seleksi massa tanpa ada evaluasi famili. Prosedur seleksi massa
tidak berbeda dengan seleksi massa untuk tanaman menyerbuk sendiri. Seleksi
massa merupakan prosedur yang sederhana dan mudah, sudah dipraktekkan petani
sejak dimulainya pembudidayaan tanaman. Seleksi massa kemungkinan dapat
dijadikan dasar untuk domestikasi tanaman menyerbuk silang dan seleksi massa
adalah dasar pemeliharaan bentuk asal (true type) dari spesies tanaman
menyerbuk silang, sebelum dikembangkan program perbaikan tanaman yaitu:
a.
Musim I
Tanam populasi dasar dalam petak
terisolasi yaitu tidak ada populasi lain yang berbunga bersamaan pada jarak
tertentu sehingga tidak terjadi kontaminasi tepungsari. Gunakan kerapatan
tanaman yang lebih rendah dari cara anjuran agar genotipe dapat menunjukkan
potensi yang maksimum, terutama untuk seleksi hasil biji. Pilih tanaman
yang mempunyai karakter yang diinginkan.Pemilihan dapat dilakukan bertahap,
yaitu sebelum berbunga, setelah berbunga dan akhirnya pada waktu panen hanya
dipilih dari tanaman yang terpilih sebelumnya dan masih menunjukkan karakter
yang diinginkan.Biji hasil tanaman terpilih dicampur menjadi satu untuk
generasi berikutnya. Pencampuran dapat dilakukan dengan mengambil jumlah yang
sama untuk masing-masing tanaman terpilih agar semua tanaman terpilih menyumbangkan
frekuensi gamit sama (Muhammad, 2005 ).
b. Musim II
Prosedur
pada musim I dilakukan kembali sampai beberapa musim, sampai populasi mempunyai
karakter pada tingkat yang diinginkan. Seleksi massa efektif untuk karakter
yang mempunyai heritabilitas tinggi artinya tidak banyak dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, karena pemilihan hanya berdasarkan satu individu pada satu
lokasi dan satu musim. Seleksi massa dilakukan berdasarkan satu tetua.
Pada tanaman jagung dipilih berdasarkan tetua betina, karena asal tetua
betinanya diketahui d engan pasti yaitu tanaman yang terpilih, sedang tetua
jantan yaitu asal tepungsari yang menyerbuki tanaman terpilih tidak
diketahui.Untuk karakter yang dapat dipilih sebelum berbunga, seleksi dapat
dilakukan untuk kedua tetua, baik tetua jantan maupun tetua betina.Tanaman yang
tidak terpilih dibuang sehingga penyerbukan terjadi antara tanaman terpilih
atau dibuat persilangan buatan antara tanaman terpilih. Pada seleksi ini
pemilihan berdasarkan individu tanaman, sehingga apabila lahannya mempunyai
kesuburan yang tidak merata (heterogen) maka tanaman yang terpilih belum tentu
karena pengaruh genetik, sehingga salah pilih. Untuk mengurangi faktor
lingkungan ini telah berhasil menaikkan hasil biji jagung varietas Hays-Golden
dengan total respon kenaikan 23% dari populasi asal selama 10 generasi seleksi
massa (di atas 10 tahun), dan respon tiap generasi adalah 2.8% ( Alfikri, 2011
).
Menurut
Rukmana (2007), Keberhasilan Gardner dengan menggunakan seleksi massa
terhadap hasil biji jagng tersebut, karena digunakannya beberapa tehnik untuk
memperbaiki efisiensi seleksi individu tanaman, yakni dengan cara:
1.
Seleksi dibatasi pada hasil saja, pengukuran yang lebih
teliti pada biji-biji yang telah dikeringkan sampai kadar air konstan.
2.
Lahan pertanaman berukuran 0.2 – 0.3 ha dipelihara dengan
pemberian pupuk, irigasi dan pengendalian gulma yang seragam untuk memperkecil
keragaman lingkungan.
3.
Lahan percobaan dibagi menjadi petak-petak yang lebih kecil
dengan ukuran ± 4 x 5 m.
4.
Petak-petak seleksi terdiri dari 4 baris masing-masing 10
tanaman.
5.
Tekanan seleksi 10% dilakukan secara seragam pada 4000 –
5000 tanaman, yakni 4 tanaman unggul dipilih dari masing-masing petak kecil
yang terdiri dari 40 tanaman.
2.
Seleksi Satu Tongkol Satu Baris (Ear-to-Row)
Seleksi
satu tongkol satu baris pada jagung, sedang pada tanaman lain disebut
head-to-row, yakni satu malai satu baris. Merupakan “halfsib selection” Bagan
pemuliaan ini awalnya dirancang oleh Hopkins (2009) dalam Dahlan, (2004) di
Universitas Illinois untuk menyeleksi persentase kandungan minyak dan protein
yang tinggi maupun yang rendah pada jagung. Bagan seleksi ini merupakan
modifikasi dari seleksi massa yang menggunakan pengujian keturunan (progeny
test) dari tanaman yang terseleksi, untuk membantu/memperlancar seleksi yang
didasarkan atas keadaan fenotip individu tanaman ( Subandi, 2008 ).
Menurut Zuber (2005), Langkah-langkah
pelaksanaan seleksi ear-to-row:
Musim I: Seleksi individu-individu tanaman berdasarkan fenotipnya dari populasi yang beragam dan mengadakan persilangan secara acak. Setiap tanaman bijinya dipanen terpisah.
Musim I: Seleksi individu-individu tanaman berdasarkan fenotipnya dari populasi yang beragam dan mengadakan persilangan secara acak. Setiap tanaman bijinya dipanen terpisah.
Musim II: Sebagian biji dari masing-masing tongkol
ditanam dalam barisan-barisan keturunan yang terisolasi, dan sisanya disimpan.
Seleksi setiap individu fenotip tanaman yang terbaik pada baris keturunan
dengan membandingkan baris-baris keturunan.
Musim III: Biji-biji sisa dari tetua yang
keturunannya superior dicampur untuk ditanam di tempat yang terisolasi dan
terjadi perkawinan acak.
Dalam pencampuran tersebut diseleksi lagi
fenotip-fenotip individu tanaman yang baik untuk diteruskan ke siklus
berikutnya. Tanaman di dalam baris-baris keturunan adalah saudara tiri (half
sibs), dengan demikian metode ini memasukkan pengujian tanpa ulangan dari
keturunan-keturunan bersari bebas dari tanaman terpilih. Karena kita memilih
satu tongkol satu baris, maka kelemahannya terjadinya inbreeding cukup besar. Karena
satu tongkol menjadi satu baris yang dalam baris itu merupakan satu famili.
Timbulnya inbreeding ini mengurangi kemajuan genetik pada proses seleksinya
(Zuber, 2005).
Menurut Allard
(2008), Secara umum, ada empat tahap dalam pembentukan galur unggul yaitu :
1. membentuk
galur murni yang stabil dan vigor
2. pengujian
daya gabung dan pengujian penampilan galur murni
3. penggunaan
galur murni terseleksi untuk membentuk hibrida produksitf
4. perbaikan
daya hasil dan ketahanan hama penyakit
Plasma
nutfah yang digunakan dalam pembentukan populasi dasar harus memiliki sifat
superior yang memiliki karakter agronomis yang baik dengan daya gabung khusus
dan umum yang tinggi, oleh karena itu plasma nutfah sangat penting dalam
kegiatan pemuliaan.Dalam pembentukan suatu hibrida, paling tidak
dibutuhkan dua populasi dengan latar belakang keragaman genetik luas, hasil persilangan
menunjukkan heterosis tinggi dengan toleransi yang tinggi terhadap cekaman
silang dalam sehingga mampu menghasilkan inbrida berdaya hasil tinggi.
Keberadaan gen dalam frekuensi yang berbeda dari kedua populasi inbrida menjadi
bahan penting untuk membentuk populasi yang heterosis, karena makin kontras
sumber plasma nutfah yang digunakan maka semakin heterosis. Kemampuan populasi
untuk menghasilkan vigor tinggi sangat mempengaruhi efektifitas dalam pemilihan
populasi sumber genetik inbrida.Karakter yang diharapkan untuk muncul sebagai
karakter vigor adalah karakter ideotipe stabil, produktif, berpenampilan baik
dan berdaya gabung tinggi.agar seleksi yang dilakukan efektif maka
karakter-karakter tersebut harus ada dalam populasi, jika gen-gen yang membawa
karakter tersebut tidak ada maka tidak ada jaminan pemuliaan tanaman akan
berhasil ( Alfikri, 2011 ).
a.
Pembentukan Galur
Hibrida
Pembentukan
hibrida dapat dilakukan melalui silang ganda, silang tunggal, ataupun three way
cross. Pada dasarnya, hasil persilangan silang tunggal yang berasal dari dua
populasi galur murni superior yang tidak berhubungan satu dengan lainnya akan
menghasilkan hibrida yang vigor dan produktif dibandingkan dengan tetuanya.
Selain lebih vigor, hibrida silang tunggal juga lebih seragam dan mudan
dilakukan untuk proses produksi benih jika dibandingkan dengan silang tiga
galur dan dilang ganda.Dalam pembentukan hibrida, daya gabung galur murni
sangat penting, daya gabung umum dan daya gabung khusus diharapkan tinggi. Daya
gabung umum menunjukkan rata-rata penampilan galur murni dalam berbagai
kombinasi persilangan membentuk hibrida, sementara daya gabung khusus
menunjukkan penampilan galur murni dalam kombinasi hibrida tertentu terhadap
kombinasi hibrida lainnya( Wijaya, 2007).
Tanaman
yang membiak melalui penyerbukan silang seperti jagung, efek heterosis sangat
penting hingga dijadikan dasar pembentukan hibrida.Heterosis adalah peningkatan
ukuran atau vigor suatu hibrida melebihi rerata kedua tetuanya. Heterosis
terbentuk karena adanya gen-gen dominan yang memunculkan karakter baik. Asumsi
yang dimunculkan adalah bahwa gen baik dibawa oleh gen dominan sementara gen
buruk dibawa oleh gen resesif. Jika kedua tetua memiliki gen-gen dominan, maka
hibridanya akan memiliki gen-gen dominan dari masing-masing tetuanya, sehingga
akan menunjukkan kombinasi yang melebihi tetuanya. Semisal untuk membentuk
hibrida, terbentuk galur inbrida H dan K. Galur H mengandung genotip AAbbccDD
(AD dominan) sementara galur K mengandung genotip aaBBCCdd (BC dominan). Dari
hasil persilangan tersebut akan didapatkan hibrida bergenotip AaBbCcDdEe (ABCDE
dominan). Nantinya, galur ini diharapkan akan memperlihatkan vigor yang lebih
baik dari kedua galur tetuanya sebelum dilakukan persilangan ( Rukmana, 2007).
Setelah
dilakukan persilangan, maka perlu dilakukan perbaikan populasi secara
berleanjut baik dalam populasi maupun antar populasi. Perbaikan dalam populasi
dilakukan untukmemperbaiki populasi secara langsung, sementara perbaikan antara
populasi bertujuan untuk memperbaiki persilangan yang dilakukan antar populasi
yang digunakan membentuk hibrida ( Allard, 2008 ).
b.
Pembentukan Galur Inbrida
Galur
murni atau inbrida dibentuk melalui penyerbukan sendiri sampai diperoleh
tanaman yang homozigot. Untuk mendapatkan hasil yang homozigot paling tidak
membutuhkan waktu lima generasi S5 hingga tujuh generasi S7 dalam penyerbukan
sendiri yang terkontrol.Mulanya, kegiatan pembentukan hibrida dimulai dengan
mengumpulkan bahan pemuliaan yang heterozigot yang kemudian dilakukan penyerbukan
sendiri sehingga menyebabkan penurunan vigor dan kemampuan bereproduksi, hal
ini terjadi karena terjadinya segregasi. Terjadinya penurunan vigor ini sangat
terlihat pada generasi pertama dan kemudian mengalami penurunan menjadi
setengahnya dalam setiap generasi selanjutnya, jadi penurunan vigor dapat
dilihat dari generasi ke generasi selanjutnya sampai didapatkan galur
homozigot.Untuk tanaman seperti jagung yang mengalami persilangan secara
terbuka, jika dilakukan penyerbukan sendiri akan menyebabkan depresi silang
dalam yang selain menurunkan vigor tanaman juga menyebabkan munculnya
sifat-sifat yang tidak diinginkan seperti pendek, rebah, peka penyakit (
Broertjes,2008).
Dari
sifat yang muncul tersebut, diambil tanaman yang menunjukkan vigor paling baik
dan selanjutnya digunakan untuk penyerbukan sendiri pada senerasi selanjutnya.
Secara umum tujuan pembentukan inbrida adalah untuk mengumpulkan karakter yang
diinginkan dalam bentuk homozigot. Ketika tanaman inbrida dihasilkan maka
sifat-sifat yang terbawa oleh gen resesif yang buruk akan muncul, namun
selanjutnya setelah dilakukan hibridisasi untuk membentuk hibrida akan
didapatkan hibrida yang memiliki sifat yang diinginkan yang berasal dari
genotip inbrida.Untuk membentuk inbrida, kemajuan seleksi dan pencapaian
heterozigositas harus diperhatikan untuk memaksimalkan efisiensi dalam seleksi.
Jika dilihat dari laju inbriding, persilangan sendiri menunjukkan kemajuan yang
lebih baik jika dibandingkan dengan teknik inbreed lainnya. Untuk pembentukan inbrida
melalui persilangan saudara sekandung (fullsib) memerlukan tiga generasi untuk
mementuk inbrida yang setara dengan satu kali silang dalam, dan memerlukan enam
generasi untuk pembentukan inbrida dari persilangan saudara tiri (Muhammad,
2005).
2.3
Persilangan Tanaman Jagung
Persilangan
adalah suatu teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan pollen atau serbuk sari
pada stigma (lubang atau rongga yang dangkal berisi cairan kental agak lengket
sebagai tempat meletakkan pollen dan masuknya tabung pollen ke dalam ovari
(bakal buah) pada waktu polinasi/penyerbukan. Dikenal dua macam persilangan,
yaitu perkawinan sendiri (selfing) dan perkawinan silang (crossing).
Perkawinan sendiri (selfing) adalah perkawinan dengan meletakkan pollen
pada stigma yang berasal pada satu bunga, satu tanaman, tetapi masih dalam satu
spesies. Perkawinan silang (crossing) adalah perkawinan dengan
meletakkan pollen pada stigma yang berasal dari dua jenis bunga yang berbeda
pada spesies yang sama baik. Jika persilangan dilakukan siang hari, putik
mengering sehingga tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun terjadi pembuahan
kualitas buah tidak maksimal. Umur bunga satu atau dua hari setelah mekar
hingga lima minggu setelah mekar (Sandra, 2008).
Jagung merupakan salah satu tanaman
yang dapat melakukan penyerbukan silang tetapi juga dapat melakukan penyerbukan
sendiri. Darwin membuktikan bahwa penyerbukan sendiri pada jagung akan
menghasilkan produksi yang rendah dan tanaman tidak dapat tumbuh tinggi,
padahal penyerbukan sendiri memiliki vigor yang normal (Sinnot et. al., 2010).
Banyak sifat pada
tanaman,binatang,mikrobia yang diatur oleh suatu gen. Gen-gen dalam individu
diploid berupa pasangan alele dari pasangan gen tadi diwariskan kepada keturunannya
secara genetik disebut Hereditas. Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang
teratur dan terulang dari generasi ke generasi. Dengan mempelajari cara
pewarisan gen tunggal akan dimengerti mekanisme pewarisan suatu sifat dan
bagaimana suatu sifat tetap ada dalam populasi serta bagaimana pewarisan dua
sifat atau lebih (Crowder, 2006).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kadar
protein biji jagung adalah dengan memanfaatkan efek xenia. Efek xenia itu
sendiri dapat diartikan sebagai efek polen dari tetua jantan dari persilangan
jantan dengan betina yang berkembang pada biji. Persilangan buatan dilakukan
dengan cara menyerbuki tongkol tanaman sesuai dengan perlakuan-perlakuan
tertentu yang sudah ditentukan. Kemudian tongkol yang telah diserbuki ditutup
dengan kantong khusus untuk melindungi dari penyerbukan oleh tepung sari bunga
lain. Efek xenia berpengaruh terhadap kadar protein, warna dan bentuk biji
tetapi tidak berpengaruh yerhadap karakter biji yang lain. Hasil persilangan
dengan jumlah biji yang banyak merupakan pertanda bahwa kedua tetua persilangan
tersebut mempunyai tingkat kompatibilitas yang baik. Varietas-varietas jagung
yang ada di Indonesia memiliki sifat biji yang keras karena dikembangkan dalam
rangka proteksi terhadap serangan hama penyakit. Varietas sejenis ini memiliki
karakteristik kandungan protein yang rendah karena tidak memiliki opaque-2 yang
mengendalikan kadar protein. Kandungan protein terbesar pada biji jagung
terdapat pada lapisan aleuron. Lapisan aleuron adalah lapisan yang membungkus
endosperm. Endosperm biji jagung sebagian besar mengandung pati tetapi pada
jagung yang mengandung lebih banyak protein daripada pati akan menyebabkan biji
menjadi lunak. Komposisi dari zat pati dan protein dalam biji jagung ini
berbeda-beda sesuai dengan varietasnya (Wijaya et. al., 2007).
Penelitian Shull dan East di USA,
membuktikan sebuah revolusi pada persilangan jagung dengan hasil yang luar
biasa. Persilangan hibrida jagung memberikan kenaikan 15-20%, kadang-kadang
50%, lebih tinggi daripada persilangan sendiri yang biasa dilakukan oleh
petani. Penumbuh memilih ladang terisolasi yang ditumbuhi 2 jenis jagung yang
melakukan persilangan sendiri, 1 baris untuk induk jantan dan 4 baris untuk
induk betina. Dalam waktu dekat, induk betina akan matang dan kemudian akan
dibuahi pollen dari induk jantan. Pembentukan biji hanya dipengaruhi oleh induk
betina (Kent, 2008).
Hubungan antara hasil biji dengan
karakter agronomis selain ukuran malai, telah banyak dilaporkan. Analisis
korelasi parsial menunjukkan bahwa hubungan antara hasil biji dengan tinggi
tanaman, tinggi tongkol, umur berbunga, dan umur masak adalah nyata pada
diameter batang dan diameter tongkol konstan. Ini berarti bahwa tinggi tanaman,
tinggi tongkol, umur berbunga, dan umur masak dapat digunakan sebagai kriteria
seleksi (Soebagio, 2010).
Keberhasilan persilangan sangat
ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik persilangan itu sendiri maupun
pada pengetahuan akan bunga. Persilangan memiliki beberapa tujuan, yaitu:
Menggabungkan semua sifat baik ke dalam satu genotipe baru, Memperluas
keragaman genetic, Memanfaatkan vigor hibrida; atau Menguji potensi tetua (uji
turunan). Dari keempat tujuan utama ini dapat disimpulkan bahwa hibridisasi
memiliki peranan penting dalam pemuliaan tanaman, terutama dalam hal memperluas
keragaman dan mendapatkan varietas unggul yang diinginkan. Seleksi akan efektif
apabila populasi yang diseleksi mempunyai keragaman genetik yang luas (Muhammad,
2005).
Persilangan merupakan salah satu
cara untuk menghasilkan rekombinasi gen. Secara teknis, persilangan dilakukan
dengan cara memindahklan tepung sari kekepala putik pada tanaman yang
diinginkan sebagai tetua, baik pada tanaman yang menyerbuk sendiri (self
polination crop) maupun pada tanaman yang menmyerbuk silang (cross polination
crop). Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai
tehnik persilangan itu sendiri maupun pada pengetahuan akan bunga, misalnya Stuktur
bunga, Waktu berbunga, Saat bunga mekar, Kapan bunga betina siap menerima bunga
jantan (tepung sari), dan Tipe penyerbukan yang terjadi pada tanaman jagung (
Tim, 2013).
Hibridisasi adalah penyerbukan
silang antara tetua yang berbeda susunan genetiknya.Pada tanaman menyerbuk
sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program pemuliaan setelah
dilakukan pemilihan tetua.Umumnya program pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri
dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda genotipenya. Pada
tanaman menyerbuk silang, hibridisasi digunakan untuk menguji potensi tetua
atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida (
Nasir, 2006).
Tanaman jagung mempunyai komposisi
genetik yang sangat dinamis karena cara penyerbukan bunganya menyilang. Fiksasi
gen-gen unggul (favorable genes) pada genotipe yang homozigot justru akan
berakibat depresi inbreeding yang menghasilkan tanaman kerdil dan daya hasilnya
rendah. Tanaman yang vigor, tumbuh cepat, subur, dan hasilnya tinggi justru
diperoleh dari tanaman yang komposisi genetiknya heterozigot.Varietas hibrida
merupakan generasi pertama hasil persilangan antara tetua berupa galur
inbrida.Varietas hibrida dibentuk pada tanaman menyerbuk sendiri maupun
menyerbuk silang. Jagung merupakan tanaman pertama yang dapat menghasilkan
varietas hibrida secara komersial atau secara lebih meluas (Allard,2008).
Menurut Tim ( 2013 ), Tahapan
Persilangan Tanaman jagung adalah sebagai berikut :
1. Pemilihan bunga sebagai induk betina
Satu hal yang harus diketahui
bersama adalah tanaman kedelai merupakan tanaman menyerbuk sendiri sehigga
tanpa penyerbukan bantuan, secara alami bunga akan terserbuki. saabunga yang
dipilih pada adalah bunga yag masih kuncup sehingga dapat diyakini putik bunga
belum terserbuki.
2. Kastrasi
Kastrasi adalah kegiatan
membersihkan bagian tanaman yang ada di sekitar bunga yang akan diemaskulasi
dari kotoran, serangga, kuncup-kuncup bunga yang tidak dipakai serta organ
tanaman lain yang mengganggu kegiatan persilangan.
3. Emaskulasi
Emaskulasi adalah kegiatan membuang
alat kelamin jantan (stamen) pada tetua betina, sebelum bunga mekar atau
sebelum terjadi penyerbukan sendiri.Emaskulasi terutama dilakukan pada tanaman
berumah satu yang hermaprodit dan fertil.
4. Isolasi
Isolasi dilakukan agar bunga yang
telah diemaskulasi tidak terserbuki oleh serbuk sari asing. Dengan demikian
baik bunga jantan maupun betina harus dikerudungi dengan kantung. Kantung bisa
terbuat dari kertas tahan air, kain, plastik, selotipe dan lain-lain. Ukuran
kantung disesuaikan dengan ukuran bunga tanaman yang bersangkutan.
5. Pengumpulan Serbuk Sari
Pengumpulan serbuk sari dari pohon
tetua jantan dapat dimulai beberapa jam sebelum kuncup-kuncup bunga itu mekar.
Bila letak pohon tetua betina jauh dari pohon tetua jantan, maka pengangkutan
kuncup-kuncup bunga dari tetua jantan ke tetua betina akan memakan waktu yang
lama. Agar kuncup bunga itu tidak lekas layu dan tahan lama dalam keadaan
segar, hendaknya kuncup bunga itu dipetik dan diangkut pada pagi hari sebelum
matahari terbit atau pada sore hari setelah matahari terbenam.
6. Penyerbukan
Penyerbukan buatan dilakukan antara
tanaman yang berbeda genetiknya.Pelaksanaannya terdiri dari pengumpulan polen
(serbuk sari) yang viabel atau anter dari tanaman tetua jantan yang sehat,
kemudian menyerbukannya ke stigma tetua betina yang telah dilakukan emaskulasi.
Cara melakukan penyerbukan :
a.
Menggunakan kuas, pinset, tusuk gigi yang
steril, yaitu dengan mencelupkan alat-alat tersebut ke alkohol pekat, biarkan
kering kemudian celupkan ke polen dan oleskan ke stigma.
b.
Mengguncangkan bunga jantan di atas bunga
betina, sehingga polen jantan jatuh ke stigma bunga tetua betina yang telah
diemaskulasi. Cara ini biasanya digunakan untuk persilangan padi dan jagung.
Penyerbukan sering
mengalami kegagalan bila dilakukan pada saat kondisi lingkungan yang tidak
mendukung atau dilakukan pada saat serbuk sari atau kepala putik dalam keadaan
belum matang oleh karena itu saat penyerbukan yang tepat merupakan faktor
penting yang harus diperhatikan agar penyerbukan berhasil dengan baik. Untuk
melakukan penyerbukan harus dipilih waktu yang tepat dan tidak boleh terlambat
dimana pada saat itu putik maupun serbuk sari dalam keadaan segar, sehat, telah
matang, dan cuaca mendukung proses persarian dengan baik. Waktu yang baik untuk
penyerbukan kacang panjang adalah jam 06.00 (sebelum bunga mekar, karena jika
bunga telah mekar ditakutkan sudah mengalami penyerbukan sendiri pada bunga
yang dijadikan induk jantan. Selain
itu hal penting yang harus diperhatikan adalah cara meletakkan serbuk sari dari
induk jantan ke atas kepala putik induk betina, dan menjaganya jangan sampai
kepala putik tersebut kejatuhan serbuk sari dari tanaman lain yang tidak
dikehendaki maupun dari tanaman yang sama. Oleh karena itu, setelah polinasi
bunga ditutup/ dibungkus menggunakan plastik agar tidak terserbuku bunga lain
dan tidak rusak (Widyastuti, 2004 ).
Menurut Allard ( 2008 ), Penyerbukan
dapat dibedakan atas dua cara yaitu:
1.
Penyerbukan sendiri
Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya
serbuk sari dari anter ke stigma pada bunga yang sama atau stigma dari bunga
yang lain pada tanaman yang sama atau klon yang sama. Prinsipyang memungkinkan
terjadinya penyerbukan penyerbukan sendiri adalah kleistogami yaitu pada waktu
terjadi penyerbukan bunga yang belum mekar atau tidak terbuka, misalnya pada
kedelai, padi, tembakau dan lain-lain. Jumlah penyerbukan silang yang munkin
terjadi pada 5 tanaman-tanaman tersebut berkisar antara 0% sampai 4 atau 5%.
2.
Penyerbukan
silang
Penyerbukan silang adalah jatuhnya
serbuk sari dari anter ke stigma bunga yang berbeda. Contoh dari persilangan
ini adalah ubi kayu, alfalfa, jagung, padi liar ,dan lain-lain. Terjadinya
penyerbukan silang disebabkan oleh gangguan mekanis terhadap penyerbukan
sendiri, Perbedaan periode matang sebuk sari dan kepala putik, Sterilitas dan
inkompatibilitas, Adanya bunga monocious dan diocious. Jagung adalah tipe
monocious, staminate terdapat diujung batang dan pistilate pada batang.Serbuk
sari mudah diterbangkan angin sehingga penyerbukan lebih dominan meskipun
penyerbukan sendiri bisa terjadi 5% atau lebih.Ada perbedaan besar dalam hal
penyerbukan pengontrolan polinasi silang dan juga kemudahan pengontrolan
polinasi silang oleh pemulia tanaman.
BAB III
BAHAN
DAN METODE
3.1.
Tempat dan waktu
Praktikum
ini dilaksanakan di Exfarm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, pada
hari jumat, 12 september 2014, pukul 16.00 WITA-selesai.
3.2. Bahan dan alat
Adapun bahan yang digunakan dalam
praktikum ini adalah benh jagung jnatan dan betina,pupuk kompos, pupuk urea,
pupuk NPK, serta furadan.
Sedangkan alat yang digunakan adalah
cangkul, patok, tali rapiah, sabit, dan ember untuk menyiram tanaman.
3.3.
Metode percobaan
Adapun
metodepercobaan dalam praktikum ini yaitu :
1.
Menyiapkan alat
dan bahan yang digunakan
2.
Mengolah tanah
yakni mencangkul dan menggemburkannya
3.
Membuat bedengan
sebanyak 6 lajur
4.
Membuat lubang
tanam sebanyak 20 lubang setiap bedengan dengan jarang 20cm setiap lubang
5.
Mengisi lubang
tanam dengan benih jagung lalu tutup dengan pupuk kompos, benih jagung ditanam
terlebih dahulu dibandingkan jagung betina
6.
Menyiram dan
membumbun bedengan setiap minggu
7.
Melakukan
pemupukan sat tanaman berumur 4 minggu dengan urea dan NPK
8.
Melakukan
perawatan setiap hari
9.
Mengukur tinggi
tanaman dan jumlah daun.
3.4. Komponen pengamatana
Adapun
komponen pengamatan yang diamati dalam praktikum ini adalah tinggi tanaman dan jumlah duan yang dilakukan setiap minggu
mulai dari minggu pertama setelah tanaman tumbuh.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel
4.1. Pengukuran pada Tanaman Jagung
No
|
Bedengan 1
|
Bedengan 2
|
Bedengan 3
|
Bedengan 4
|
Bedengan 5
|
Bedengan 6
|
||||||
TT (cm)
|
JD
|
TT (cm)
|
JD
|
TT (cm)
|
JD
|
TT (cm)
|
JD
|
TT (cm)
|
JD
|
TT (cm)
|
JD
|
|
1
|
70
|
9
|
60
|
9
|
59
|
8
|
53
|
7
|
30
|
5
|
19
|
4
|
2
|
58
|
8
|
67
|
9
|
62
|
10
|
68
|
9
|
65
|
9
|
19
|
4
|
3
|
34
|
4
|
45
|
7
|
59
|
10
|
62
|
8
|
59
|
9
|
51
|
9
|
4
|
32
|
4
|
40
|
8
|
48
|
9
|
45
|
7
|
45
|
8
|
28
|
6
|
5
|
23
|
3
|
53
|
7
|
38
|
8
|
43
|
6
|
15
|
3
|
20
|
3
|
6
|
31
|
4
|
52
|
8
|
56
|
10
|
38
|
6
|
23
|
2
|
20
|
5
|
7
|
18
|
2
|
42
|
11
|
62
|
11
|
42
|
7
|
59
|
10
|
30
|
4
|
8
|
26
|
3
|
33
|
5
|
62
|
9
|
32
|
8
|
47
|
8
|
15
|
4
|
9
|
16
|
2
|
63
|
9
|
66
|
11
|
19
|
4
|
48
|
8
|
31
|
6
|
10
|
30
|
4
|
64
|
9
|
69
|
12
|
20
|
8
|
36
|
7
|
11
|
5
|
11
|
31
|
3
|
65
|
10
|
64
|
9
|
81
|
9
|
61
|
9
|
22
|
4
|
12
|
32
|
2
|
78
|
12
|
71
|
11
|
90
|
12
|
47
|
8
|
22
|
5
|
13
|
73
|
8
|
85
|
12
|
66
|
9
|
94
|
10
|
54
|
5
|
16
|
3
|
14
|
62
|
8
|
60
|
11
|
60
|
7
|
65
|
7
|
25
|
6
|
29
|
5
|
15
|
39
|
6
|
64
|
10
|
41
|
9
|
71
|
9
|
30
|
6
|
24
|
5
|
16
|
104
|
10
|
12
|
5
|
65
|
9
|
92
|
11
|
32
|
8
|
19
|
4
|
17
|
99
|
12
|
78
|
10
|
71
|
11
|
63
|
7
|
42
|
8
|
18
|
4
|
18
|
110
|
12
|
68
|
9
|
62
|
8
|
49
|
7
|
40
|
5
|
73
|
10
|
19
|
108
|
10
|
65
|
10
|
47
|
8
|
66
|
9
|
21
|
7
|
18
|
3
|
20
|
69
|
5
|
70
|
10
|
62
|
9
|
67
|
7
|
42
|
8
|
50
|
7
|
21
|
|
|
|
|
|
|
21
|
3
|
|
|
|
|
22
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber:
Data olahan primer, 2014
Keterangan:
TT = Tinggi Tanaman
JD = Jumlah Daun
Bedengan 1 = Benih Jantan Bedengan 4 = Benih jantan
Bedengan 2 = Benih Betina Bedengan 5 = Benih Betina
Bedengan 3 = Benih betina Bedengan 6 = Benih Betina
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan dapat diliat tinggi dan jumlah daun
yang berpariasitabel diatas menunjukkan hasil pada bedengan satu, rata-rata
tinggi tanaman yaitu 39,62 cm dengan rata-rata jumlah daun yaitu 5,50. Pada bedengan dua rata-rata tinggi tanaman adalah 36,95 dan rata-rata jumlah daun adalah 6,5. Pada bedengan tiga, rata-rata tinggi tanaman yaitu 36.45
dan jumlah daun yaitu 6.95. Pada bedengan ke empat diperoleh rata-rata tinggi
tanaman adalah 40 dengan jumlah daun adalah 5.39. Pada bedengan ke lima
diperoleh tinggi tanaman 35.44 dengan rata-rata jumlah daun 5.94. Dan bedengan terakhir memiliki rata-rata tinggi
tanaman 38.09 dengan jumlah daun 6.14.
Pengamatan yang dilakukan dua varietas yang digunakan dalam
pertanaman jagung ini. Jagung pada bedengan 2,3,5 dan 6
merupakan jagung dengan tetua betina yang unggul sedangkan jagung pada bedengan
1 dan 4 merupakan jagung dengan tetua jantan yang unggul. Jagung betina memiliki batang tanaman berwarna putih dan
umumnya tinggi tanaman dibawah tinggi tanaman jagung jantan. Tinggi tanaman
betina tidak lebih dari 35 cm denga rata-rata daun 6,9.
Sedangkan pada tanaman rata-ratanya menghampiri 100 cm dengan rata-rata jumlah
daun 6,06. Hal ini sesuai dengan menurut Nasir (2006) tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m.
Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum
bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti
padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini
5
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
1.
Jagung memiliki
bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman
(monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae,
yang disebut floret.
2.
Bunga jantan
tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga
betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan
pelepah daun.
3.
Jagung termasuk dalam kategori tanaman berumah satu karena
terdapat bunga jantan dan betina dalam satu tanaman, hanya saja berbeda letak
atau tidak berada dalam satu bunga yang sama.
4.
Seleksi massa adalah pemilihan individu secara visual yang
mempunyai karakter-karakter yang diinginkan dan hasil biji tanaman terpilih
dicampur untuk generasi berikutnya.
5.
Keberhasilan persilangan sangat
ditentukan oleh pemulia tanaman mengenai tehnik persilangan itu sendiri maupun
pada pengetahuan akan bunga.
5.2.Saran
Sebaiknya
untuk praktikum pemuliaan tanaman kedepannya lebih memperhatikan kondisi tempat
praktikum agar tanaman yang di uji tidak mendapatkan gangguan dari hewan atau
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R. W, 2008. Pemuliaan Tanaman. Rineka
Cipta: Jakarta.
Alfikri, 2011. Metode
Hibridasi Buatan. Gramedia. Jakarta.
Broertjes
and van Harten, 2008. Applied Mutation breeding for vegetatively
propagated crops. Bloom bolen culture. 95(25):566-567.
Crowder, L.
V. 2006. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Gepts,
P and Hancock, J. 2006. The future of plant breeding. Crop Sci. 46:1630-1634.
Muhammad. 2005. Pengantar
Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi Dan Hortikultura: Fakultas
Pertanian.
Nasir.M,
2006. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Depatemen Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Rukamana,
2007. Usaha tani Jagung.Kanisius. Jakarta
Sandra, E.
2008. Teknik Persilangan. <http://eshaflora.com/index. php?option=com content
&task=view&id=63&Itemid=61> . Diakses 30 November 2011.
Sinnot,
E.W., L.C. Dunn, and T. Dobzhansky. 1958. Principles of Genetics. McGraw-Hill
Book Company Inc., New York.
Soebagio, H.
2010. Analisis korelasi parsial antara hasil dengan karakter-karakter tanaman
jagung. Riset Hasil Penelitian Tanaman Pangan: 135-138.
Subandi,
M. Ibrahim, dan A. Blumenshein. 1988. Koordinasi Program Penelitian Nasional :
JAGUNG. Puslitbangtan, Bogor.
Tim.2013. Penuntun Praktikum
Pemuliaan Tanaman. UNIB: Bengkulu.
Widyastuti, Yustina E. dan
Adisarwanto T. 2002. Meningkatkan Produksi Jagung
di Lahan Kering, Sawah, dan Pasang Surut. PT. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Wijaya, A.,
R. Fasti, dan F. Zulvica. 2007. Efek xenia pada persilangan jagung Surya dengan
jagung Srikandi Putih terhadap karakter biji jagung. Jurnal Akta Agrosia Edisi
Khusus 2: 199-203.
Zuber, M.S., W.H. Skrdla, and B.H.
Choe. 2005. Survey of maize selections for
endosperm lysine content. Crop Sci.
15: 93-94.
0 komentar:
Posting Komentar