pembangunan benua maritim
PEMBANGUNAN BENUA MARITIM
Benua Maritim Indonesia adalah hasil perjuangan bangsa
Indonesia melawan segala pihak yang tidak mau melihat bangsa Indonesia yang
merdeka dan bersatu di Kepulauan Nusantara yang merupakan satu keutuhan
geografis. Ketika rakyat Indonesia, terutama para pemudanya, melancarkan
gerakan kemerdekaan bangsa Indonesia yang dimulai dengan menyatakan Sumpah
Pemuda pada tahun 1928, banyak pihak yang mengatakan bahwa kebangsaan Indonesia
adalah satu illusi belaka. Di antara mereka tidak hanya terdapat kaum politik
kolonialis yang tidak sudi melihat Indonesia merdeka, tetapi juga pakar ilmu
sosial yang melihat persoalannya dari segi ilmiah. Malahan ada pula orang
Indonesia yang terpengaruh oleh sikap dan pandangan kolonial itu dan turut berpikir
serta berbicara seperti pihak penjajah.Agar bangsa Indonesia mencapai tujuan
perjuangannya, yaitu terwujudnya masyarakat yang maju, adil dan makmur
berdasarkan Pancasila, Untuk memperoleh aktualisasi Wawasan Nusantara ada tiga
kendala utama, yaitu :
1.Indonesia belum menjalankan manajemen nasional yang
memungkinkan perkembangan seluruh bagian dari Benua Maritim itu. Meskipun pada
tahun 1945 para Pendiri Negara telah mewanti-wanti agar Republik Indonesia
sebagai negara kesatuan memberikan otonomi luas kepada daerah agar dapat
berkembang sesuai dengan sifatnya, namun dalam kenyataan selama 50 tahun
merdeka Indonesia menjalankan pemerintahan sentralisme yang ketat. Akibatnya
adalah bahwa pulau Jawa dan lebih-lebih lagi Jakarta sebagai pusat pemerintahan
Indonesia, mengalami kemajuan jauh lebih banyak dan pesat ketimbang bagian lain
Indonesia, khususnya Kawasan Timur Indonesia. Kalau sikap demikian tidak segera
berubah maka tidak mustahil kerawanan nasional seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya, dapat menjadi kenyataan yang menyedihkan. Rakyat yang tinggal di
luar Jawa kurang berkembang maju dan merasa tidak puas dengan statusnya.
Apalagi melihat kondisi dunia yang sedang bergulat dalam persaingan ekonomi dan
menggunakan segala cara untuk unggul dan memenangkan persaingan itu.
2. meskipun segala perairan yang ada di
Benua Maritim Indonesia merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan bangsa
Indonesia, namun dalam kenyataan mayoritas bangsa Indonesia lebih berorientasi
kepada daratan saja dan kurang dekat kepada lautan. Itu dapat dilihat pada
rakyat di pulau Jawa yang merupakan lebih dari 70 persen penduduk Indonesia.
Gambaran rakyat Jawa itu juga terlihat pada keseluruhan rakyat Indonesia, yaitu
orientasi ke daratan jauh lebih besar ketimbang ke lautan. Untung sekali masih
ada perkecualian, yaitu rakyat Bugis, Buton dan Madura dan beberapa yang lain,
yang dapat memberikan perhatian sama besar kepada daratan dan lautan.
Menghasilkan tidak saja petani tetapi juga pelaut yang tangguh
3.kurangnya pemanfaatan ruang angkasa
di atas wilayah Nusantara untuk kepentingan nasional, khususnya pemantapan
kebudayaan nasional. Mayoritas rakyat Indonesia belum cukup menyadari perubahan
besar yang terjadi dalam umat manusia sebagai akibat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi,Jelas sekali bahwa masa depan Benua Maritim Indonesia
berada pada sikap dan tindakan rakyat Indonesia sendiri, baik yang duduk dalam
pemerintahan, dalam dunia akademis dan ilmu pengetahuan maupun dalam dunia
swasta untuk mengadakan perubahan terhadap dua kendala ini. Selama pemerintahan
yang dilakukan kurang mewujudkan desentralisasi dan otonomi daerah yang
memungkinkan setiap daerah berkembang maju dan rakyat pada umumnya belum dapat
diubah pandangannya terhadap kelautan, maka Benua Maritim Indonesia hanya akan
menunjukkan kemajuan yang terbatas dan tidak sesuai dengan potensinya.
Akan tetapi dilihat dari kondisi geografi Indonesia belum
pula ada pertahanan-keamanan yang sesuai dengan tuntutan Benua Maritim
Indonesia. Titik berat hankam masih pada daratan belaka dan itupun baru pada
aspek territorial. Kemampuan di lautan dan di udara masih sangat terbatas. Itu
berakibat kurang baik, ketika ABRI kurang mampu mencegah masuknya pihak asing
yang mengambil kekayaan laut Indonesia secara tidak sah. Memang membangun
kekuatan hankam yang seimbang untuk daratan, lautan dan udara tidak murah.
Sebab itu perlu lebih dulu ada kemajuan besar dalam pembangunan ekonomi
nasional. Itu tidak mungkin tercapai secara optimal kalau kendala di atas masih
belum dapat diatasi.Melihat kondisi dan sifat rakyat Indonesia masa kini
nampaknya usaha untuk mengatasi kendala itu harus terutama bersumber pada
pemerintah dan dunia swasta. Pemerintah harus mengambil langkah-langkah yang
memungkinkan terwujudnya desentralisasi dan otonomi daerah secara sukses.
Pemerintah pula harus menjalankan berbagai usaha untuk menarik lebih banyak
perhatian rakyat kepada lautan dan perairan pada umumnya. Kalau pemerintah
dapat merekayasa sehingga sebagai permulaan sekitar 5 persen penduduk Indonesia
berusaha di laut atau dalam pekerjaan yang bersangkutan dengan usaha laut,
pasti keadaan kesejahteraan Indonesia akan berubah. Lambat laun lebih banyak
lagi rakyat yang tertarik ke faktor lautan.selain itu pemerintah juga harus
mendorong dan memberikan peluang timbulnya usaha swasta yang bersangkutan
dengan laut. Mengingat kondisi Kawasan Indonesia Timur, maka perlu diberikan
prioritas kepada perkembangan itu di wilayah tersebut. Apalagi di wilayah
tersebut luas laut dan kekayaan yang terkandung di dalamnya cukup besar.
Pemerintah dan swasta harus memberikan perhatian kepada
penelitian terhadap berbagai kemungkinan yang dapat diolah dari wilayah
Indonesia yang luas, baik daratan maupun perairannya. Apabila kita kurang giat
menjalankan itu, kita jangan heran kalau justru bangsa lain lebih banyak
mengetahui tentang kondisi wilayah kita. Dan atas dasar pengetahuan itu
mengambil kekayaan kita.Mengenai pemanfaatan ruang angkasa kita untuk
kepentingan nasional juga amat penting. Sebab kalau tidak kita sendiri yang memanfaatkan,
pasti digunakan pihak lain. Sekarang saja kita sudah mengalami kesulitan besar
karena masuknya siaran televisi asing ke setiap rumah tangga melalui pemakaian
parabola. Pengaruh dari masuknya budaya asing memang tidak perlu negatif
asalkan kita pandai menyaring mana yang bermanfaat bagi kita. Namun kita juga
harus sadar bahwa dalam dunia yang penuh persaingan dewasa ini setiap pihak
berusaha mempengaruhi bangsa lain. Dengan demikian boleh dikatakan bahwa
benteng pertahanan bangsa ada dalam tiap-tiap individu warga negara. Sebab itu
kita harus membantu setiap warga negara dengan menyajikan siaran televisi yang
mampu bersaing dengan siaran televisi asing. Dengan begitu kewajibannya untuk
menyaring pengaruh dari luar akan jauh lebih ringan. Apabila hal-hal tersebut kita
laksanakan maka aktualisasi Wawasan Nusantara sungguh-sungguh berjalan.
Terbentuknya kesatuan politik, kesatuan ekonomi, kesatuan sosial-budaya dan
kesatuan pertahanan-keamanan menjadi kenyataan. Maka boleh dikatakan bahwa
terwujudnya Benua Maritim Indonesia yang kokoh kuat, maju dan sejahtera serta
aman sentosa sangat tergantung pada perkembangan pikiran dan perasaan rakyat
Indonesia.Sebagaimana pada permulaan terwujudnya sikap kebangsaan adalah hasil
perjuangan pemuda Indonesia, maka hendaknya juga dalam membentuk kesadaran akan
makna Benua Maritim Indonesia bagi masa depan bangsa pemuda Indonesia memegang
peran utama.
Pembangunan Maritim Indonesia Jangka Panjang
Saat ini dapat diidentifikasikan bahwa sedikitnya terdapat
12 unsur pembangunan maritim yang terdiri atas : perikanan, perhubungan laut,
industri maritim, pertambangan dan energy, pariwisata bahari , tenaga kerja
kelautan, pendidikan kelautan, masyarakat bahari dan desa pantai, hukum tata
kelautan, penerangan bahari, survey pemetaan dan iptek kelautan, dan sumber
daya alam dan lingkungan hidup laut dan pantai. Namun didasarkan pada asa
maksimal, lestari, daya saing, prioritas, bertahap, berlanjut dan konsisten,
maka hanya terdapat lima elemen utama yang dijadikan sebagai focus pembangunan
maritim, yaitu: perikanan, perhubungan laut, industri maritim, pertambangan dan
energy, serta pariwisata bahari. Untuk mewujudkan hal tersebut maka disusunlah
pembangunan maritim Indonesia jangka panjang, dalam Pembangunan jangka panjang Maritim
Indonesia dilakukan secara bertahap, dengan waktu yang masih tersisa 4 pelita
(20 tahun) pentahapannya dilakukan sebagai berikut :
1.
Pelita VII penekanan dilakukan pada perikanan dan pariwisata bahari dengan
tanpa mengesampingkan pengembangan sumberdaya manusia dan iptek maritim yang
sesuai
2.
Pelita VIII penekanan diletakkan pada perikanan, perhubungan laut dan
pariwisata bahari seiring dengan pengembangan iptek dan SDM yang diperlukan
3.
Pelita IX penenkannya diletakkan pada perhubungan laut, pariwisata bahari
seiring dengan peningkatan iptek dan SDM
4.
Pelita X penekanan diletakkan pada pertambangan dan energy seiring dengan
pengembangan SDM dan iptek yang diperlukan
5.
Khusus pada pelita VII kelima elemen pembangunan maritim Indonesia diarahkan
pada sektor perikanan, daya saing dalam globalisasi, perhubungan laut, industri
maritim, pertambangan dan energy, pariwisata bahari yang diproyeksikan dengan
kebutuhan SDM dan IPTEK yang sesuai.
Dari hasil pembahasan kami
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
a) Benua Maritim
Indonesia adalah hasil perjuangan bangsa Indonesia melawan segala pihak yang
tidak mau melihat bangsa Indonesia yang merdeka dan bersatu di Kepulauan
Nusantara yang merupakan satu keutuhan geografis.
b) potensi maritim belum
mendapatkan prioritas penanganan secara proporsional sehingga berbagai kendala
tak pernah dapat diatasi secara tuntas, terutama menyangkut upaya memelihara
langkah dan keterpaduan pembangunan. Pembangunan maritim memerlukan sistem
pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan lautan.
c) Terdapat
berbagai kendala umum yang muncul dalam rangka pemanfaatan laut wilayah
nusantara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
d) Pembangunan maritim
Indonesia jangka panjang diwujudkan dalam Pembangunan jangka panjang
Maritim Indonesia yang dilakukan secara bertahap, dengan waktu yang masih
tersisa 4 pelita (20 tahun).
0 komentar:
Posting Komentar